Selasa, 14 November 2023 – 07:36 WIB
Jakarta – Bank Indonesia (BI) menyampaikan rencana anggaran tahunan BI (RATBI) 2024 dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI. Salah satunya mematok angka pertumbuhan ekonomi pada level 5 persen untuk tahun depan.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan akan dipengaruhi oleh permintaan domestik, terutama kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan pemilu, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun, proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan prognosa pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,01 persen.
“Kami sampaikan pertumbuhan ekonomi domestik pada 2024 kami perkirakan dapat mencapai 5 persen,” kata Perry dikutip Selasa, 14 November 2024.
Dia melanjutkan, untuk inflasi 2024 diperkirakan sebesar 3,2 persen pada tahun depan, lebih tinggi dari prognosa 2023 yang sebesar 2,84 persen. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan sebesar Rp15.510, lebih tinggi dari prognosa 2023 sebesar Rp15.280.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, prognosa nilai tukar rupiah pada 2023 yang lebih rendah dibanding prakiraan awal ATBI 2023 disebabkan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. Meski begitu, kinerja nilai tukar rupiah relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan dan global.
“Rupiah menguat dari kondisi yang sekarang, karena dengan harapan kondisi global akan berangsur-angsur mereda dan berpengaruh pada kembalinya aliran modal kepada negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Perry.
Perry menjelaskan, asumsi makro BI mempertimbangkan enam kondisi global, yaitu pertumbuhan yang melambat, inflasi tinggi, higher for longer suku bunga, penguatan dolar AS, hingga cash is the king yang berimplikasi pada kondisi ekonomi dalam negeri.
Sebagai informasi, asumsi makro BI berbeda dengan asumsi makro pemerintah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. Pemerintah dengan DPR RI menyepakati asumsi dasar makro pada APBN 2024, yang mencakup pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen, inflasi terkendali sebesar 2,8 persen, dan nilai tukar rupiah Rp15.000 per dolar AS.
Selain itu, pemerintah juga mematok asumsi makro untuk suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebesar 6,7 persen, ICP 82 dolar AS per barel, serta lifting minyak 635 ribu barel per hari dan lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari. (Ant)