Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, terutama pada kelompok usia produktif. Endo 2024, pertemuan tahunan Persatuan Endokrinologi di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa wanita di bawah 50 tahun yang obesitas selama 10 tahun memiliki risiko serangan jantung atau stroke hingga 60 persen. Sedangkan pria di bawah 65 tahun dapat mengalami peningkatan risiko hingga 57 persen.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa lebih dari 17 juta orang meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh dunia. Di Indonesia, kematian akibat penyakit kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun.
BPJS melaporkan bahwa biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia hampir mencapai separuh dari total biaya kesehatan, sebesar Rp10,9 triliun dengan jumlah kasus 13.972.050.
Faktor gaya hidup, seperti merokok dan pola makan tidak seimbang, menjadi penyebab tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia. Tanpa penanganan yang tepat, penyakit jantung koroner dan henti jantung mendadak bisa berakibat fatal.
Dokter gizi dari FKUI, Dr dr Tan Shot Yen, menekankan pentingnya pola makan sehat, olahraga teratur, dan menghindari merokok untuk menjaga kesehatan jantung. Mengonsumsi makanan olahan tradisional tanpa ultra proses sangat disarankan untuk mencegah obesitas dan penyakit tidak menular.
Periode 60-90 menit pertama saat terjadi serangan jantung disebut sebagai Golden Hour, di mana penanganan medis yang cepat dapat menyelamatkan nyawa. Sarana medis yang memadai, tim medis yang terlatih, dan teknologi medis yang canggih sangat diperlukan dalam penanganan serangan jantung.
Kesadaran dan respons cepat dari pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk meningkatkan kualitas penanganan serangan jantung dan mengurangi angka kematian. Menghargai waktu dan memberikan penanganan medis yang tepat dalam Golden Hour dapat membuat perbedaan besar dalam prognosis pasien yang mengalami serangan jantung.