Hilang bersama 3 tahun hajatan sakit sedunia dalam rangka pandemi COVID-19, The Dance Going On berusaha untuk bertahan sebagaimana mereka menamai grup musik mereka yang mengusung tema classic-vintage tahun 1960-an. Berangkat untuk memainkan musik “Jamaican Rocksteady”, mereka menghadirkan 2 lagu berjudul “The Headline” dan “Black Brides” untuk dirilis dalam format maxi-single yang didukung oleh Sooberty Club.
Memasuki fase baru setelah berkarya selama kurang lebih enam tahun, melanjutkan kiprahnya yang meredup dengan melakukan “re-release” untuk mempertegas produktivitas mereka dan aktif dalam pergerakan musik lokal di Surabaya.
“The Headline” ditulis oleh “Gembul” Erman Firdaus dan Sadhewo Dirgantoro, komposer, gitaris, dan vokalis dari The Dance Going On dengan pesan “Jangan pernah jadi menjadi sesosok idealis dalam bidang apapun kecuali kau benar-benar yakin bahwa kau akan bertahan ketika mengikuti hati nuranimu. Pastikan juga kau Berdoa pada Tuhan.”
“Based on true story. Mengusung sebuah kisah tentang sekelompok pemuda yang tergabung dalam team redaksi berita lokal yang bekerja di bawah Warta dan Media Surat Kabar R******ra-News. Team Redaksi Berita ini, kerap kali mendapatkan tekanan kerja yang mengharuskan mereka untuk “Membesar-besarkan” kabar, sehingga menimbulkan salah kaprah dan miss-persepsi bagi siapapun pemirsa yang ikut membaca tulisan dalam beritanya. Atas keresahan dan dorongan hati nurani, pada tanggal 16 Juni 2016. Team redaksi ini, dengan kompak dan sepakat untuk mengakhiri masa bakti kerja mereka dengan memilih keluar dari pekerjaan mereka,” jelas Sadhewo Dirgantoro.
Sadhewo menambahkan, “Sejujurnya “Black Brides” merupakan adopsi dari cerita “The Black Cinderella Story”. Jika Cinderella dikisahkan berhasil memenangkan hati Pangeran atas segala kebaikan dan tutur tatakrama yang baik. The Dance Going On justru menulis sisi “magis”-nya, dimana Cinderella justru menggunakan sihir ibu peri agar dia dapat menikahi Pangeran kaya raya.” Pesan yang ingin disampaikan pada single ini “We just getting bored, to all those fairy tale love-story. So we do the opposite in our song.”
Atas jangka waktu kebersamaan yang terbilang lama, tentu telah memperkuat chemistry dari seluruh personil untuk segala urusan produksinya, sementara proses penulisan lagu dari The Dance Going On sendiri terbilang cukup cepat. Dalam 1 minggu pertama, The Dance Going On mampu menyelesaikan tahap drafting saat rekaman di gelar, 2-3 hari setelahnya, segala finishing product biasanya baru bisa dibungkus dan disajikan dalam bentuk demo (Un-mix).
Kedepannya, maxi single “The Headline” dan “Black Brides” masih akan memerlukan pertimbangan kembali oleh setiap personilnya.
“Entahlah, kami (TDGO) memiliki 18 draft yang harus dikurasi ulang. Asumsi, kami hanya bisa meletakkan 5 track. Kecil kemungkinan bagi rilisan ini (Black Brides & The Headline) akan kembali masuk ke entry rilisan Extended Play mendatang,” pungkas Sadhewo.
