Jerones 343, band punk rock veteran asal Pontianak, kembali merilis album debut penuh mereka yang berjudul Still Lives, Still Sucks, pada tanggal 17 Agustus 2024 melalui Enamempat Records. Album ini menunjukkan bahwa semangat punk rock tetap hidup, dengan lirik tajam, musik yang menggelegar, dan energi yang tak terkendali.
Still Lives, Still Sucks adalah sebuah penggambaran keras tentang realitas kehidupan, ketidakadilan sosial, dan perjuangan individu di tengah tantangan zaman. Jerones 343 dengan tanpa ragu menyuarakan ketidakpuasan mereka melalui musik yang autentik dan tanpa kompromi. Setiap lagu dalam album ini memberikan pukulan kuat, sebagai teriakan pemberontakan yang membangkitkan kesadaran.
Salah satu lagu yang menonjol dalam album ini adalah “Semalam Di Pontianak”, sebuah lagu yang mengenang kampung halaman mereka. Lagu ini, yang dirilis bersamaan dengan album, menggambarkan nostalgia akan masa muda yang penuh semangat, persahabatan yang mendalam, dan kenangan yang abadi.
“Semalam Di Pontianak” bukan hanya sebuah lagu, melainkan sebuah pengalaman. Wendy Andika sebagai vokalis dan Rudi Dian sebagai gitaris menciptakan lagu ini sebagai bentuk penghormatan untuk Pontianak, kota yang telah membentuk jati diri mereka. Lirik lugas dan melodi yang menggelegar akan membawa pendengar kembali ke kenangan masa lalu yang tak terlupakan.
Video lirik dari lagu ini semakin memperkuat pesan rindu dan nostalgia yang terkandung dalam lagu tersebut. Visual hitam putih yang kuat, yang merupakan dokumentasi pribadi mereka, menampilkan momen-momen dari acara-acara bawah tanah yang pernah mereka kunjungi.
Dibentuk pada tahun 1998 dengan nama GPK, Jerones 343 adalah bukti nyata bahwa semangat punk rock selalu berkobar. Mereka mengubah nama mereka menjadi Jerones 343 sebagai bentuk perlawanan terhadap stigma sosial yang melekat pada komunitas punk saat itu. Terinspirasi oleh band-band punk/hardcore legendaris seperti Black Flag, Minor Threat, dan Bad Brains, Jerones 343 telah memberikan kontribusi yang besar dalam skena musik underground Indonesia. Mereka tampil di berbagai panggung, mulai dari tempat-tempat yang sempit hingga festival besar, dan terus menyuarakan ketidakpuasan mereka melalui karya-karya yang mereka ciptakan.