Pelecehan seksual bukanlah hal yang baru terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Maraknya kasus pelecehan seksual yang terjadi di berbagai lingkungan baik di tempat kerja, sekolah maupun ruang publik menuntut kita untuk memahami lebih dalam akan akar masalahnya.
Banyak faktor yang menjadi penyebab pelecehan seksual, mulai dari pola asuh yang keliru, ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender hingga kurangnya kesadaran budaya. Selain itu, victim blaming atau menyalahkan korban juga sering terjadi, di mana korban justru dipersalahkan atas apa yang menimpanya. Hal itu memperparah situasi dan membuat banyak orang takut melapor.
Dengan memahami penyebab-penyebab ini, kita bisa lebih waspada dan mendorong terciptanya lingkungan yang aman dan bebas dari pelecehan. Berikut adalah beberapa faktor pelecehan seksual yang sering terjadi:
1. Pola asuh
Pola asuh memiliki pengaruh besar terhadap perilaku seseorang, termasuk dalam hal pelecehan seksual. Jika seseorang tumbuh dalam lingkungan di mana diskriminasi terhadap perbedaan baik itu perbedaan gender, ras, budaya atau agama dianggap wajar, maka pelecehan seksual sering kali dipandang sebagai hal yang biasa atau tidak serius.
2. Sikap maskulin yang berlebihan
Seseorang yang tumbuh dengan nilai-nilai patriarkis sering kali merasa berhak untuk memperlakukan wanita secara merendahkan atau tidak hormat.
3. Stereotip tentang perempuan
Stereotip tentang perempuan seringkali mengajarkan bahwa nilai seorang perempuan diukur dari seberapa baik mereka bisa menyenangkan laki-laki.
Pandangan ini bisa membuat beberapa orang berpikir bahwa perempuan yang bersikap ramah atau menarik seolah-olah “mengundang” para pelaku untuk berperilaku tidak pantas terhadap mereka. Padahal, setiap orang berhak diperlakukan dengan hormat dan bersikap ramah bukan berarti memberi izin untuk dilecehkan.
4. Stres emosional dan nilai moral
Stres akibat masalah pribadi, bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap perilaku negatif termasuk pelecehan. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai moral dapat membuat beberapa orang menganggap pelecehan sebagai hal yang biasa.
5. Keraguan terhadap korban
Korban pelecehan sering kali tidak dipercaya, terutama jika pelaku adalah orang yang berkuasa atau dihormati. Hal ini membuat banyak korban pelecehan takut atau enggan melapor karena mereka khawatir tidak akan dipercaya dan malah akan menimbulkan masalah yang lebih besar.
6. Ketidakmampuan untuk melapor
Korban sering kali merasa terjebak di dalam situasi yang tidak nyaman dan memilih untuk tidak mengadu karena takut akan pembalasan dari pelaku atau merasa laporan mereka tidak akan direspons.