Belanja merupakan kegiatan yang menyenangkan dan seringkali menjadi pelarian dari stres, kebosanan, atau kesedihan. Fenomena ini dikenal dengan istilah retail therapy, yaitu kebiasaan berbelanja untuk meningkatkan suasana hati. Kegiatan berbelanja ini bisa memberikan kepuasan dan kebahagiaan saat membawa pulang barang-barang baru. Namun, perlu diingat bahwa retail therapy memiliki dua sisi. Meskipun dapat mengurangi stres dan memberikan hiburan, jika tidak dikontrol dengan baik, kebiasaan ini bisa membuat pengeluaran meningkat dan berdampak negatif pada kondisi keuangan seseorang.
Dampak dari retail therapy yang perlu diketahui antara lain adalah pengurasan tabungan, penumpukan utang, kepuasan yang bersifat sementara, timbulnya rasa bersalah, dan menghambat pencapaian tujuan finansial. Meskipun demikian, retail therapy dapat tetap dilakukan dengan bijak. Beberapa tips yang bisa diterapkan untuk mengelola retail therapy dengan cerdas antara lain adalah menetapkan anggaran belanja, mengevaluasi kebutuhan sebelum membeli, mencari alternatif lain untuk mengatasi emosi, menggunakan uang tunai untuk membayar belanjaan, dan mencatat pengeluaran secara teratur.
Dengan melakukan retail therapy secara bijaksana, seseorang dapat tetap merasakan kebahagiaan dari aktivitas berbelanja tanpa harus merugikan kondisi keuangan. Selalu penting untuk mengontrol emosi dan kebiasaan belanja agar tidak berdampak negatif pada keuangan pribadi. Jadi, meskipun retail therapy boleh dilakukan, tetaplah bijak dalam memutuskan kapan dan bagaimana berbelanja agar menghindari masalah keuangan di kemudian hari.