Merayakan Tahun Baru Imlek 2025, Demajors merilis serangkaian album spesial dengan sampul berwarna merah menyala, yang melambangkan keberuntungan dan semangat baru. Koleksi ini tidak hanya memperingati tradisi, tetapi juga menjadi simbol harapan akan kebahagiaan dan kesuksesan di Tahun Ular Kayu. Dari genre math rock hingga indie pop, lima album ini menampilkan ragam warna musik yang mencerminkan semangat kolaborasi dan inovasi dalam industri musik Indonesia.
Indra Lesmana merilis album ‘Do The Math’ yang menampilkan sembilan komposisi baru bergenre math rock. Dalam wawancara, Indra menyatakan bahwa memilih genre ini sebagai tantangan dan bentuk kebebasan bereksperimen di usia yang tidak lagi muda. Semiotika dengan album ‘Eulogi’ mengusung tema “memanusiakan manusia” dan menyoroti pentingnya menyayangi diri sendiri dan orang lain melalui lirik-lirik reflektif. FSTVLST dalam album ‘Hits Kitsch’ menghadirkan pendekatan satir yang mengkritik fenomena sosial melalui sound dan lirik provokatif.
Sunwich membawa kisah personal anggota band dalam album ‘Apophenia’, yang mengusung lagu-lagu indie pop ceria. Setiap lagu memperlihatkan fragmen cerita band tentang kegagalan yang membawa hikmah dan pertemanan yang awalnya dianggap tidak berarti. Sementara Marsh Kids dengan album debut ‘The Many Failings of Bugsy Moonblood’ menawarkan musik pop psikedelis yang unik, merayakan ketidaksempurnaan setiap orang melalui karakter fiksi Bugsy Moonblood.
Kelima album ini tidak hanya memperkaya musik Indonesia tetapi juga menjadi simbol harmoni dalam keberagaman. Dari warna merah pada sampulnya hingga energi optimis dan harapan baru yang disampaikan, karya-karya ini mengajak pendengar untuk merayakan Tahun Ular Kayu dengan semangat keberuntungan dan kebahagiaan serta terus terinspirasi oleh keberanian dan kreativitas para musisi. Semoga melalui musik, kita dapat bersatu dalam semangat pembaruan dan kebersamaan di Tahun Baru Imlek 2025.