Jumat, 1 Desember 2023 – 21:20 WIB
Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berharap inflasi RI dapat terjaga hingga akhir tahun 2023. Sebab, perkembangan harga pangan masih meningkat akibat tekanan harga global dan gangguan cuaca.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, laju inflasi RI November 2023 sebesar 2,86 persen secara year on year (yoy). Angka itu sedikit meningkat dibanding posisi Oktober 2023 sebesar 2,56 persen.
“Meskipun secara umum berada dalam tren meningkat, inflasi masih terkendali di dalam sasaran 2023, yaitu 3,0 ±1,0 persen. Inflasi diharapkan dapat terus terjaga hingga akhir tahun 2023, di tengah perkembangan harga pangan yang masih meningkat akibat tekanan harga global dan gangguan cuaca,” kata Febrio dalam keterangannya Jumat, 1 Desember 2023.
Febrio menegaskan, Pemerintah terus berupaya untuk menjaga konsistensi dalam mengantisipasi gejolak harga melalui berbagai intervensi, seperti stabilisasi harga dan pasokan.
“Peran APBN bersama dengan APBD terus dioptimalkan sebagai shock absorber untuk merespons harga pangan yang masih tertekan, terutama dalam mempersiapkan masa liburan Natal dan Tahun Baru. Di tengah harga pangan yang masih mengalami tekanan, Pemerintah terus berkomitmen untuk mengantisipasi gejolak harga melalui kebijakan dari hulu hingga hilir,” ujarnya.
Selain itu, jelas Febrio aktivitas manufaktur nasional masih terjaga dalam 27 bulan berturut-turut. Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada bulan November 2023 di level 51,7, atau meningkat dari bulan sebelumnya.
“Terjaganya kinerja sektor manufaktur menandakan resiliensi ekonomi Indonesia di tengah berbagai risiko ketidakpastian dan tren perlambatan ekonomi global. Capaian ini tidak terlepas dari peran APBN dalam menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi nasional serta mengantisipasi berbagai ketidakpastian yang masih tinggi,” terangnya.
Dia mengungkapkan, beberapa negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat dan Jepang tercatat terkontraksi yaitu masing-masing ke level 49,4 dan 48,3. Sedangkan, Tiongkok tercatat ekspansif di level 50,7.
Menurutnya, sektor manufaktur yang masih ekspansif didorong oleh tingkat permintaan dalam negeri yang masih kuat dan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Produsen juga meningkatkan pembelian dan persediaan input sejalan dengan meningkatnya keyakinan prospek permintaan domestik yang masih kuat.
“Secara keseluruhan, sentimen pada sektor manufaktur Indonesia pada bulan November tetap positif di tengah harapan akan kondisi pasar yang lebih kuat dan stabilitas harga yang lebih baik,” imbuhnya.