Jakarta (ANTARA) – Gaya “boho chic” kembali populer di dunia fashion setelah dipopulerkan oleh Sienna Miller pada tahun 2000-an. Debut direktur kreatif Chloé, Chemena Kamali, di pekan mode Paris menandai kebangkitan gaya ini dengan blus ringan, denim berpinggang tinggi, dan kehadiran Miller di barisan depan.
Menurut laman The Guardian, penelusuran untuk “gaun boho” meningkat 278 persen setelah acara Chloé, sementara penelusuran untuk “atasan boho” meningkat 150 persen. Marks & Spencer juga menonjolkan gaya boho dengan penawaran broderie anglaise, manik-manik, rajutan, denim santai, dan rok berkaki lebar yang sesuai dengan semangat boho.
Tren boho mencakup embel-embel, ruffles, suede, fringing, macrame, dan siluet yang longgar daripada pas. Pakar mode José Criales-Unzueta dari Vogue Runway telah memperkirakan kembalinya tren boho chic sejak Januari.
Kebangkitan tren ini terjadi karena orang-orang cenderung bernostalgia. Editor budaya J’Nae Phillips mengatakan bahwa gaya boho chic mencerminkan rasa keterpurukan dan semangat tanpa beban. Jane Shepherdson, yang berperan dalam popularitas boho chic di tahun 2000-an, mengatakan bahwa gaya ini populer karena sikap santai dan tanpa usaha yang dapat diterapkan oleh semua orang.
Dengan demikian, gaya boho chic kembali menjadi tren fashion yang diminati di tahun ini.