Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Reni Ghrahani Majangsari, SpA(K), MKes, menjelaskan bahwa gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih serius daripada gejala yang terjadi pada orang dewasa.
Menurut Reni, penyakit lupus pada anak cenderung memiliki gejala yang lebih parah daripada pada dewasa. Selain itu, organ yang terlibat dalam penyakit tersebut juga lebih banyak.
Lebih lanjut, Reni menyebutkan bahwa mayoritas anak yang mengalami lupus adalah perempuan, dengan perbandingan sembilan banding satu dibandingkan dengan anak laki-laki. Lupus paling banyak terjadi pada remaja berusia 11-12 tahun.
Gejala lupus pada anak dapat terlihat dari seringnya anak mengalami demam, yang biasanya datang dan pergi, bisa tinggi maupun tidak terlalu tinggi. Anak juga sering terlihat pucat dan mungkin harus dirawat karena mengalami demam berkepanjangan, yang merupakan salah satu tanda lupus.
Anak yang mengidap lupus juga bisa terlihat lelah tanpa alasan yang jelas, mengalami penurunan berat badan, dan kerontokan rambut. Nyeri sendi dan otot, serta kekakuan tubuh di pagi hari juga sering dialami oleh anak dengan lupus.
Lupus adalah penyakit yang dapat menyerang berbagai organ dalam tubuh. Selain itu, lupus juga dapat menyebabkan gangguan kulit, gangguan ginjal, pembengkakan berbagai bagian tubuh, peradangan pada sendi, dan gangguan pada sistem saraf, paru-paru, dan sel-sel darah.
Reni menekankan bahwa gejala lupus pada ginjal sering terjadi pada anak, ditandai dengan tekanan darah tinggi, pembengkakan pada wajah, perut, dan jantung. Hal ini lebih sering terjadi pada anak daripada dewasa.
Dengan demikian, pengenalan gejala lupus pada anak menjadi penting agar dapat segera ditangani dengan tepat. Lupus dapat muncul pada anak usia berapapun, sehingga pemahaman mengenai perbedaan lupus dengan alergi dan gejalanya juga sangat diperlukan.