Psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Gina Anindyajati, SpKJ menekankan pentingnya teknik distraksi dalam mengendalikan emosi agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Menurut Gina, seseorang dapat menggunakan teknik distraksi untuk menurunkan intensitas emosi sebelum memikirkan langkah selanjutnya yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Gina menjelaskan bahwa orang yang sehat secara mental adalah orang yang mampu mengenali dan merespons emosinya dengan tepat. Oleh karena itu, setiap individu perlu belajar mengatur emosinya agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Salah satu contoh teknik distraksi yang sering digunakan adalah mengganti atau mengalihkan dorongan untuk melepaskan emosi dengan cara yang lebih aman. Misalnya, seseorang dapat mendengarkan musik, bercengkerama dengan hewan peliharaan, berolahraga, atau melakukan kegiatan yang menyenangkan untuk mengalihkan emosi negatif.
Selain itu, terdapat juga teknik reinforcing, di mana seseorang melakukan tindakan yang bertentangan dengan dorongan emosinya. Sebagai contoh, saat merasa marah, seseorang dapat menunda untuk mengungkapkan kemarahan tersebut selama beberapa waktu agar memiliki kesempatan untuk merenungkan dengan lebih jernih.
Gina menegaskan bahwa penting bagi setiap individu untuk mengidentifikasi, merasakan, dan memproses emosi yang muncul. Jika seseorang merasa sulit mengatur emosinya hingga mengganggu aktivitas harian atau bahkan membahayakan diri sendiri atau orang lain, bantuan profesional diperlukan.
Dengan demikian, pengaturan emosi yang baik akan membantu seseorang untuk menghadapi masalah dengan lebih baik dan tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.