Haji adalah perjalanan spiritual menuju Baitullah (rumah Allah), bukan sekadar bepergian fisik ke suatu titik geografis di Tanah Suci Makkah. Karena itu tidak perlu sampai menghalalkan segala cara untuk bisa pergi ke sana, sebab Baitullah yang sesungguhnya ada di dalam qalbu. Karena haji merupakan penyempurnaan penghambaan diri kepada Sang Khalik, pastikan melaksanakannya dengan kesadaran rohani yang telah menyala.
Ibadah Haji, rukun Islam kelima, tidak semua umat Islam mampu menunaikannya karena faktor jarak, biaya, dan birokrasi penyelenggaraan yang membuat seseorang harus mengikuti antrean hingga puluhan tahun. Modal punya uang saja, tak serta-merta bisa pergi ke Makkah untuk berhaji karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi, termasuk kesehatan badan serta terbatasnya kuota.
Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia. Menurut laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC), jumlah populasi Muslim di Indonesia mencapai 240,62 juta jiwa pada 2023, setara dengan 86,7 persen dari total populasi nasional.
Kuota haji Indonesia tahun ini sejumlah 241.000 orang, terdiri atas 213.320 orang haji reguler dan 27.680 orang haji khusus, merupakan kuota haji terbanyak dalam sejarah Indonesia. Meski begitu, kuota tersebut masih terbilang kecil bila dibanding jumlah antrean yang mencapai 5,3 juta pendaftar.
Obsesi kaum Muslim untuk berhaji sangatlah tinggi, berasal dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan berpunya maupun kaum papa yang gigih berjuang mengumpulkan uang bertahun-tahun demi bisa pergi ke Makkah. Namun, berhaji berkali-kali, meski tidak dilarang dalam agama, bisa menjadi “dosa sosial besar” karena sikap egoisnya telah menghilangkan kesempatan orang lain untuk beribadah.
Ibadah haji seharusnya diniatkan untuk Allah semata, tanpa motif duniawi. Kecuali kepergian haji bertujuan meraih prestise atau sekadar berburu gelar, hal ini tidak sejalan dengan esensi sebenarnya dari ibadah haji. Banyak orang yang menyandang gelar “haji” setelah menunaikan ibadah haji di Makkah, namun tidak semua mendapat keberkahan dari Allah.
Haji bukanlah perjalanan fisik dari satu tempat ke Makkah, melainkan perjalanan spiritual ke dalam diri terdalam. Baitullah sejati ada di dalam qalbu, yang merupakan bagian terdalam dari diri kita. Untuk meraih keberkahan dari ibadah haji, seseorang harus hadir dengan kesadaran sepenuhnya dalam melaksanakan ritualnya.
Rangkaian ritual haji, seperti thawaf, sa’i, dan wukuf, memiliki makna yang dalam dan diajarkan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Melalui serangkaian ritual tersebut, seseorang diharapkan dapat menemukan makna sejati dari ibadah haji dan merasakan kedekatan spiritual dengan Allah.
Esensi dari haji bukanlah sekadar ritual atau wisata religi belaka, melainkan pengabdian kepada Sang Pencipta dengan kesadaran rohani yang menyala. Mengambil hikmah dari setiap ritual haji akan menjadikan manusia lebih mulia dan mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagai umat Muslim yang belum memiliki kesempatan berangkat ke tanah suci, jangan berkecil hati, karena haji sejati dapat dilakukan kapan saja dan di manapun, karena rumah Allah sangatlah dekat bagi orang yang beriman.