Sistem wajib militer merupakan kebijakan pertahanan yang mewajibkan warga negara, terutama laki-laki, untuk menjalani pelatihan dan tugas kemiliteran dalam kurun waktu tertentu. Selain untuk memperkuat pertahanan negara, kebijakan ini juga digunakan sebagai sarana untuk menanamkan semangat nasionalisme, memperkuat identitas kebangsaan, dan menjaga stabilitas politik di dalam negeri. Berdasarkan data World Population Review, sebanyak 86 negara di seluruh dunia masih menerapkan sistem wajib militer. Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling terkenal karena popularitas budayanya yang mendunia, namun masih banyak negara lain yang menerapkan kebijakan serupa.
Misalnya, di Korea Selatan, seluruh pria berusia 18 hingga 28 tahun wajib mengikuti wajib militer selama 18 hingga 24 bulan, tergantung pada cabang militer yang diikuti. Wajib militer ini bertujuan untuk memperkuat pertahanan nasional mengingat ketegangan yang terus berlangsung dengan Korea Utara. Namun, ada pengecualian untuk atlet peraih medali Olimpiade dan penghargaan internasional tertentu seperti Son Heung-min. Begitu pula dengan negara lain seperti Swiss, Singapura, dan Finlandia yang juga menerapkan wajib militer dengan aturan dan durasi yang berbeda.
Setiap negara memiliki aturan yang berbeda dalam menerapkan sistem wajib militer. Misalnya, di Brasil, setiap pria berusia 18 tahun wajib mendaftar untuk wajib militer selama 12 bulan. Hanya sebagian yang dipilih untuk menjalani pelatihan. Sementara itu, di Korea Utara, pria harus bertugas selama 10 tahun, sementara wanita hanya sampai usia 23 tahun setelah lulus sekolah menengah. Negara ini memiliki jumlah personel militer terbesar di dunia.
Wajib militer tetap menjadi bagian penting dari strategi pertahanan sejumlah negara di dunia dalam menjaga keamanan dan stabilitas. Dengan beragam aturan dan durasi yang berlaku, kebijakan ini berperan dalam memperkuat pertahanan negara dan membangun semangat nasionalisme di tengah dinamika geopolitik global.