Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sedang mengambil tindakan atas dampak gejolak ketidakpastian global terhadap sistem keuangan Indonesia dengan melakukan stress test.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa langkah ini telah dibahas dalam pertemuan KSSK dan melibatkan sejumlah skenario yang diperkirakan terjadi di tengah situasi global saat ini. Beberapa risiko yang dikhawatirkan oleh KSSK antara lain perlambatan ekonomi global, pertumbuhan yang lemah, dan peningkatan Fed Funds Rate (FFR) dan yield obligasi negara maju dan berkembang. Selain itu, tensi geopolitik dan dampaknya terhadap kenaikan harga energi dan pangan, termasuk risiko dari fenomena El Nino, juga menjadi faktor yang diperhitungkan.
Setelah melakukan stress test pada berbagai kemungkinan tersebut, KSSK menyimpulkan bahwa sektor keuangan Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang cukup kuat. Perry menyatakan bahwa ketahanan sektor keuangan nasional harus didukung oleh buffer terhadap risiko yang memadai. Hal ini tercermin dari beberapa aspek, di antaranya adalah permodalan perbankan yang kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) di atas 25 persen, pasokan likuiditas yang cukup, rasio kredit bermasalah yang rendah, dan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang cukup.
Dalam kesimpulannya, Perry menyatakan bahwa sektor keuangan Indonesia memiliki ketahanan yang kuat dengan permodalan yang solid, likuiditas yang mencukupi, CKPN yang besar, dan rasio kredit bermasalah yang rendah.