Sebanyak 3.500 ton beras impor dari Kamboja telah tiba di Indonesia untuk menguatkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Jumlah tersebut baru mencapai 10.000 ton dari target yang ditetapkan. Kedatangan beras impor ini merupakan hasil pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, pada tanggal 4 September yang lalu.
Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), mengungkapkan bahwa ini merupakan kali pertama dalam 11 tahun terakhir Kamboja mengirimkan berasnya ke Indonesia setelah adanya memorandum of understanding (MoU). Sebelumnya, tidak ada satupun butir beras yang masuk. Arief menyatakan bahwa beras dari Kamboja ini sangat baik kualitasnya.
Stok beras ini hanya untuk CPP dan menjadi bagian yang harus dimiliki oleh Perum Bulog. Presiden Joko Widodo telah meminta bantuan pangan beras untuk masyarakat terus dilanjutkan dan menargetkan stok beras di Bulog akhir tahun minimal mencapai 1 juta ton.
Dari impor beras asal Kamboja, terdapat total 140 kontainer dengan muatan 25 ton beras per kontainer. Jumlah totalnya mencapai 3.500 ton, dan sudah diambil sampel pengecekan oleh Badan Karantina Indonesia untuk memastikan keamanan dan mutu pangannya.
Arief menjelaskan bahwa kedatangan stok beras dari luar negeri merupakan langkah yang dipertimbangkan secara seksama dan komprehensif oleh pemerintah. Penggunaannya akan diperuntukkan hanya untuk program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan kepada masyarakat.
Selain impor beras, Indonesia juga memiliki potensi ekspor pupuk ke Kamboja melalui BUMN Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC). Jumlahnya mencapai 490 ribu ton untuk ekspor ke Kamboja setelah mencukupi kebutuhan pupuk nasional termasuk buffer-nya.
Halaman Selanjutnya