Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyingkap lima gejolak yang menghantui Indonesia. Hal ini masih akan terus terjadi hingga 2024.
“Fragmentasi geopolitik berdampak pada prospek ekonomi global yang akan meredup pada tahun 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada tahun 2025,” kata Perry, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu, 29 November 2023.
Perry mengatakan, gejolak pertama adalah redupnya ekonomi global yang diproyeksikan hanya tumbuh di level 2,8 persen pada 2024 sebelum meningkat di 2025.
Kedua, penurunan inflasi yang lambat, meskipun pengetatan moneter agresif diterapkan di negara maju. Harga pangan dan global masih akan meningkat, ditambah dengan adanya pengetatan pasar tenaga kerja.
Tren suku bunga tinggi juga masih akan terjadi dalam waktu dekat. Contohnya, suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, yang akan memberi tekanan pada pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dolar AS yang masih menguat juga mengakibatkan pelemahan nilai tukar di seluruh dunia, termasuk rupiah. “Cash is the king”, pelarian modal dalam jumlah besar dari emerging ke negara maju sebagian besar Amerika. Karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar.
Perry mengingatkan bahwa kelima gejolak yang ada harus diantisipasi melalui kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi Indonesia.
“Kelima gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Kita perlu waspada dan antisipasi dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang telah susah payah kita bangun,” tandasnya.