Jumat, 1 Desember 2023 – 15:18 WIB
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan bahwa tren produksi padi akan naik pada Januari hingga Maret 2024 mendatang. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud mengatakan, jika produksi beras pada periode Januari sampai Maret 2024 itu mampu memenuhi kebutuhan, maka harga beras pun nantinya akan dapat dikendalikan setelah melonjak dalam beberapa waktu terakhir.
“Kita berharap di tahun depan tidak terjadi lagi kenaikan harga beras seperti yang terjadi di tahun ini,” kata Edy dalam konferensi pers, Jumat, 1 Desember 2023.
Dia menyampaikan, harga beras eceran pada November 2023 tercatat naik 0,43 persen secara month-to-month (mtm), atau 19,20 persen secara year-on-year (yoy). Kenaikan yang terjadi pada harga beras itu nyatanya tidak hanya terjadi di tingkat eceran saja, namun juga terjadi di level grosir yang naik 0,49 persen (mtm) dan 21,5 persen (yoy).
“Meskipun harga beras di tingkat penggilingan dan gabah di tingkat petani justru mengalami penurunan,” ujarnya.
Edy menambahkan, harga beras di tingkat penggilingan tercatat turun 0,50 persen (mtm). Kemudian, harga gabah kering panen (GKP) juga turun 1,94 persen (mtm), dan gabah kering giling (GKG) turun 1,45 persen (mtm).
Diketahui, BPS mencatat inflasi November 2023 yakni sebesar 2,86 persen secara tahunan (yoy) atau 0,38 persen secara bulanan (mtm). Hal itu seiring terjadinya peningkatan indeks harga konsumen (IHK) secara tahunan (yoy), dari 115,64 menjadi 116,08.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yakni sebesar 6,71 persen dengan andil 1,72 persen terhadap inflasi umum.
“Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini adalah beras, yaitu dengan andil 0,58 persen, cabai merah 0,19 persen, rokok kretek filter 0,18 persen, cabai rawit 0,10 persen, dan daging ayam ras 0,08 persen,” ujarnya.