Tulisan ini adalah kutipan yang diambil dari buku “2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto”. Dalam kutipan tersebut, Prabowo Subianto mengekspresikan pengagumannya terhadap Fidel Castro, meskipun ia tidak setuju dengan pandangan politik Castro. Prabowo menemukan banyak kualitas pribadi Castro yang patut untuk ditiru.
Fidel Castro lahir di luar ikatan pernikahan ayahnya pada tahun 1926. Dia memiliki bakat dalam olahraga, terutama bisbol, namun kemudian menjadi seorang agitator mahasiswa yang aktif. Sebagai seorang aktivis kiri, Castro menjadi sensitif terhadap perjuangan kelas dan akhirnya terlibat dalam aksi aktivisme dengan kekerasan.
Setelah merebut kekuasaan Kuba dalam sebuah kudeta pada tahun 1952, Fulgencio Batista menjadi diktator. Pada waktu itu, Castro mulai memfokuskan agitasinya melawan Batista. Dia membentuk kelompok gerilya yang disebut “Gerakan” dan menggunakan sistem sel rahasia untuk mempersenjatai dan melatih anggota gerakan anti-Batista-nya.
Setelah beberapa kegagalan dan penangkapan, Castro akhirnya berhasil membangun pangkalan gerilya di wilayah Sierra Maestra. Pada tahun 1958, gerilyawan Castro berhasil membuat Batista berada di bawah tekanan dan akhirnya melarikan diri dari Kuba. Pada Februari 1959, Castro dilantik sebagai Perdana Menteri Kuba.
Meskipun pemerintahan Castro sangat berorientasi komunis, tidak dapat disangkal bahwa dia menunjukkan kualitas kepemimpinan yang patut diacungi jempol. Dia adalah pemimpin yang bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang, rakus akan pengetahuan, memiliki karisma legendaris, dan merupakan seorang orator yang luar biasa. Yang paling penting, dia menjalani gaya hidup perjuangan yang keras, menghindari kekayaan dan sebagian besar ornamennya. Selama hampir empat dekade, dia hanya mengenakan seragam hijau zaitun yang menjadi ciri khasnya.
Sumber: Buku “2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto”