Komandan Tim Komunikasi Bravo Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran, Budisatrio Djiwandono menjelaskan bahwa kemandirian bangsa dalam pangan akan menjadi prioritas utama jika pasangan nomor urut 2 tersebut terpilih memimpin Indonesia. Hal ini mutlak dilakukan, karena krisis pangan sudah di depan mata.
“Sektor utama yang menjadi target swasembada Prabowo Gibran, yaitu swasembada pangan, air, dan energi. Dalam sektor tersebut, kita tidak boleh lagi bergantung kepada impor. Khusus soal pangan, Pak Prabowo sudah sampaikan bahwa pangan adalah masalah hidup mati sebuah bangsa.” jelas Budisatrio kepada wartawan di Jakarta (Minggu, 13/1).
Pimpinan Komisi IV DPR RI yang membawahi bidang pertanian, pangan, dan maritim ini menjelaskan, di Indonesia saat ini telah terjadi defisit pangan akibat pertambahan penduduk yang diiringi oleh turunnya produktifitas lahan. Dia mencontohkan krisis yang terjadi pada beras.
“Data BPS menunjukkan, setiap tahun penduduk kita bertambah sekitar 3 juta jiwa. Dan peningkatan populasi ini belum diimbangi penambahan luas panen. Padahal beras ini dikonsumsi oleh hampir semua warga negara.” jelasnya.
Defisit tersebut, lanjut Budisatrio tidak bisa ditutupi dengan mengandalkan impor dari luar negeri.
“Belajar dari kejadian gandum saat pecah perang Ukraina Rusia, rantai pasok terganggu sehingga harga gandum kita yang sangat tergantung impor meningkat tajam. Jangan sampai ini juga terjadi pada beras yang merupakan pangan utama kita.” katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut Prabowo Gibran menargetkan penambahan minimal empat juta hektar luas panen dalam program yang disebut sebagai Lumbung Pangan.
“Lumbung pangan ini akan ada mulai dari level terkecil desa oleh para petani, sampai level nasional dengan melanjutkan food estate. Caranya adalah dengan melakukan penambahan index pertanaman, intensifikasi dan pemanfaatan lahan terlantar.” Budisatrio.
“Teknologi digital untuk pertanian juga akan jadi prioritas. Kita akan mencetak sawah-sawah baru, sekaligus meningkatkan produktifias lahan yang sudah ada dengan alat dan teknologi digital dan modern. Tak ada pilihan lain, ini harus dilakukan.” lanjutnya.
Dalam konteks pemilihan presiden sendiri, Budisatrio menghimbau agar krisis pangan dapat dijadikan diskusi gagasan yang sehat karena terkait dengan masa depan negara.
“Keberpihakan pada isu pangan harusnya menjadi kesepakatan bersama. Kita justru menantikan ragam gagasan untuk menghadapi krisis pangan dari masing-masing pasangan calon. Dari Prabowo Gibran jelas, kita akan melanjutkan food estate dan menyempurnakannya menjadi Lumbung Pangan.” pungkas Budisatrio. (SENOPATI)