Jakarta – PT Hutama Karya melakukan percepatan pada proyek kereta Mass Rapid Transit (MRT) Fase 2A CP 203 sepanjang 1,44 Km, untuk rute Mangga Besar-Glodok-Kota.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Tjahjo Purnomo mengatakan, pengerjaan proyek MRT Jakarta itu difokuskan pada pengerjaan stasiun bawah tanah pada jalur Glodok dan Kota, dengan luas 52,196 meter persegi (m2). Termasuk tunnel sepanjang 684 meter, yang dimulai sejak bulan September 2021. Dengan target rampung di bulan April 2027 mendatang, Tjahjo memastikan bahwa pada awal 2024 ini progres dari proyek senilai Rp 3,8 triliun itu telah mencapai 42,97 persen.
“Pembangunan ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berjalan dengan progres signifikan dari rencana awal,” kata Tjahjo dalam keterangannya, Selasa, 9 Januari 2024.
Dia menjelaskan, proyek yang digarap melalui kerja sama operasi (KSO) antara Sumitomo Mitsui Construction Company Jakarta (SMCC) dan Hutama Karya (SMCC-HK) itu, pekerjaan yang dilakukan antara lain menggarap desain maupun bangunan. “Yaitu D-Wall (dinding penahan tanah), penggalian, struktur, MEP (Mechanical, Electrical and Plumbing), arsitektur, reinstatement serta bored tunnel sepanjang 1.368 km,” ujarnya.
Sementara, pekerjaan di Stasiun Glodok yang sudah selesai hingga saat ini, adalah membangun D-Wall, penggalian, serta struktur dengan menyisakan pengerjaan MEP, dan arsitektur. Sedangkan pada Stasiun Kota, pekerjaan yang telah selesai adalah membangun D-Wall serta untuk penggalian, struktur, MEP, maupun arsitektur, masih dalam proses penyelesaian.
Tjahjo juga menyampaikan, sejumlah tantangan yang cukup signifikan dihadapi KSO SMCC-HK. Diantaranya yakni ditemukan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB), pada saat proses konstruksi. Serta lokasi proyek yang sempit, dan berdekatan dengan bangunan cagar budaya maupun milik perorangan sehingga perlu penanganan khusus.
“Pada prosesnya, tim di lapangan telah menyiapkan strategi penanganan dengan berkoordinasi kepada para ahli di bidang arkeologi untuk menangani benda cagar budaya tersebut serta menjalin kerja sama dengan tim ahli bangunan gedung (TABG) agar proses pengerjaan tidak berdampak pada bangunan lain di sekitar lokasi proyek,” kata Tjahjo.
Dalam upaya percepatannya, Hutama Karya menerapkan beberapa teknologi dan inovasi. Tjahjo menegaskan, Hutama Karya berkomitmen untuk menyelesaikan proyek yang memiliki peran strategis ini secara tepat waktu dan tepat mutu, khususnya dalam meningkatkan infrastruktur transportasi perkotaan. “Proyek ini nantinya dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk memberikan alternatif transportasi yang efisien, mengurangi kemacetan dan meningkatkan mobilitas masyarakat namun juga memajukan potensi wisata budaya karena berada di kawasan Jakarta Kota,” ujarnya.