Senin, 22 Januari 2024 – 20:20 WIB
Jakarta – Upaya Pertamina membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Hidrogen, dinilai telah sejalan dengan rencana transisi energi bersih yang saat ini tengah digenjot oleh pemerintah. Apalagi, sumber dari hidrogen tersebut antara lain juga berasal dari energi panas bumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pertamina.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengaku sangat mengapresiasi langkah Pertamina membangun SPBU Hidrogen tersebut. Menurutnya, hidrogen merupakan pilihan tepat untuk menggantikan energi fosil. “Karena hidrogen memang bisa menjadi salah satu alternatif energy carrier, yang bisa dipakai untuk menggantikan energi fosil,” kata Fabby dalam keterangannya, Senin, 22 Januari 2024.
Fabby juga berharap upaya Pertamina ini bisa berhasil. Terlebih, pembangunan SPBU Hidrogen tersebut merupakan inisiatif Pertamina, dalam menciptakan ekosistem kendaraan hidrogen. Menurutnya, keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut nantinya juga akan bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV. “Saya harap sukses langkah Pertamina ini. Mungkin ini juga bagian dari strategi bisnis mereka. Pertamina masuk ke industri mobil listrik lewat pengembangan ekosistem baterai di Indonesia dan sekarang di kendaraan hidrogren,” ujar Fabby.
Dia berpendapat, pembentukan komunitas hidrogen memang sebuah keniscayaan. Selain sebagai upaya transisi energi, hal itu juga merupakan bagian dari upaya transformasi bisnis Pertamina. “Memang Pertamina harus masuk ke sana. Sebab, mereka akan menghadapi berkurangnya BBM fosil, sehingga harus melakukan antisipasi di masa datang. Jadi Pertamina harus mencari opportunity bisnis baru,” kata Fabby.
Dia juga mengingatkan, dalam upaya pembentukan ekosistem hidrogen, Pertamina tidak bisa berjalan sendiri. Karenanya, Fabby berharap pemerintah bisa mendampingi Pertamina dalam mengembangkan ekosistem tersebut, dengan menyiapkan regulasi yang bisa mendorong pengembangan ekosistem kendaraan hidrogen. “Jangan hanya Pertamina saja, tapi perlu dukungan dari pemerintah. Karena membangun ekosistem tidak bisa sendirian, jadi semua harus terlibat. Di Kementerian ESDM kan sudah ada roadmap-nya, hanya implementasinya saja yang perlu dipikirkan. Misalnya perlu peraturan presiden atau regulasi lain untuk mendorong,” ujarnya.
Diketahui, sebelumnya Pertamina melalui Pertamina New & Renewable Energy (PNRE), telah berkolaborasi dengan Toyota untuk mengembangkan ekosistem hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan di Indonesia. Peletakan batu pertama hydrogen refueling station (HRS) dilakukan 17 Januari 2024 di SPBU Daan Mogot.
Pasar SPBH itu sendiri memang sudah ada dan sudah siap. Sebab, dalam kerja sama tersebut, tugas Toyota adalah memproduksi fuel cell electric vehicle Toyota Mirai, yang akan melakukan pengisian hidrogen di SPBH Pertamina. Keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut, bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
Dalam sambutannya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pembangunan SPBH merupakan suatu milestone penting dalam mendukung program mencapai target net zero emission (NZE) 2060. “Karena ini real clean energy, tidak ada waste,” kata Nicke.