Senin, 22 Januari 2024 – 00:10 WIB
Jakarta – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, menyindir Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang tidak paham mengenai Lithium Ferro Phosphate (LFP). Hal itu membuat Gibran bertanya kepada Cak Imin apakah dirinya anti nikel.
Pertanyaan itu diajukan Gibran kepada Cak Imin dalam debat pilpres keempat yang dilakukan oleh para Cawapres di JCC Senayan, Jakarta, Minggu, 21 Januari 2024. Saat mengajukan pertanyaan, Gibran bingung mengapa Cak Imin tidak paham soal LFP. Padahal menurut Gibran, co captain Tim Nasional Pemenangan Anies-Cak Imin, Thomas Lembong kerap kali membicarakan LFP yang menjadi substitusi bahan baku Baterai kendaraan listrik pengganti Nikel.
Dikutip VIVA dari tayangan YouTube Total Politik, Senin, 22 Januari 2024, Thomas pun menjelaskan secara lengkap hal yang menjadi dasar AMIN, bahwa jika memimpin, akan memperbaiki kebijakan pertambangan Nikel tersebut. Kebijakan ekplorasi Nikel besar-besaran di Indonesia saat ini menurutnya sangat mengkhawatirkan.
“Harga nikel global di seluruh dunia sudah turun kurang lebih 30 persen dalam 12 bulan terakhir, dan diprediksi tahun depan ada surplus stok nikel di dunia yang terbesar sepanjang sejarah. Jadi dengan begitu gencarnya pembangunan smelter di Indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel, harga jatuh terjadi kondisi oversupply,” ujar Thomas.
Karena begitu besarnya pasokan nikel RI membanjiri dunia dan berkembangnya produksi baterai kendaraan listrik, lanjut Thomas, Pemerintah yakin bisa mendominasi pasar dunia.
“Kemudian mereka ketakutan dan kehilangan kepercayaan. Mereka mencari opsi lain, formulasi bahan baterai yang tidak menggunakan nikel,” tambahnya.
Hal itu menurut Thomas sangat mengkhawatirkan. Sebab, salah satu produsen mobil listrik terbesar di dunia, Tesla, kini sudah tidak lagi menggunakan nikel sebagai bahan baku baterai lithium yang digunakan, tapi LFP. Khususnya, di pabrik yang basis produksinya di China.
“Jadi 100 persen dari semua mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung nol persen nikel, nol persen kobalt. Baterainya menggunakan LFP, jadi pakai besi, pakai fosfat, masih pakai lithium tapi tidak lagi pakai kobalt. Itu 100 persen mobil Tesla,” ungkapnya.
Thomas pun menegaskan, Indonesia tidak bisa lagi ke depannya ketergantungan dengan harga komoditas dunia. Terlebih lagi hilirisasi nikel yang didorong Pemerintah saat banyak aspek negatifnya ketimbang keuntungan yang dirasakan.
Sebaiknya kita melihat secara komprehensif, ekspor kita naik dramatis, kemudian gagah-gagahan di dunia, kalau kalian tidak nurut kita akan stop jual, itu memicu substitusi,” ungkapnya.
“Jadi harus kembali ke suatu kelembagaan yang lebih sistematis, rasional tidak terlalu bombastis, balik ke awal-awalnya Pak Jokowi,” tutupnya.