Selasa, 23 Januari 2024 – 00:30 WIB
Jakarta – Co captain Tim Pemenangan Nasional Anies-Cak Imin, Thomas Lembong menjadi sorotan publik setelah debat pilpres yang dilakukan cawapres pada 21 Januari lalu. Nama dia, sempat disebut-sebut oleh cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka dalam debat tersebut.
Terlepas dari hal tersebut, mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini pun pernah mengomentari terkait derasnya investasi yang masuk ke Indonesia versi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Dia pun memjabarkan sejumlah analogi jika memang hal itu terjadi. “Simple-simple aja ya, kita suka terpukau dengan angka-angka yang diberikan Pemerintah dan jadi buta dengan fakta yang kasatmata,” ujar Thomas dikutip dari tayangan YouTube Channel Total Politik, Selasa, 23 Januari 2024.
“Kalau investasi begitu deras, kenapa pertumbuhan ekonomi masih 5 persen, kan harusnya udah 7 persen. Kenapa harga pangan naik 20-30 persen, kenapa lapangan kerja masih susah, semua orang mengeluhkan itu,” tambahnya. Investasi yang besar klaim Bahlil tersebut tegas Tom Lembong harusnya berbanding lurus dengan capaian-capaian dan berdampak pada masyarakat. Sehingga kesejahteraan bisa lebih merata.
“Minimum itu, kita membangun sarana yang bisa menciptakan nilai tambah ya bisa menaikkan pekerja,” tambahnya. Penjelasan lainnya kata Thomas, Pemerintah harus memastikan komposisi dari investasi yang masuk. Jangan Sampai lebih banyak ke sektor padat modal ketimbang padat karya. “Katakan saja investasi deras, tapi masuknya semua ke padat modal yang tidak padat karya yang tidak memperkerjakan banyak orang. Itu menurut saya yang 5 tahun ini terjadi,” ungkapnya. Lebih lanjut Thomas menegaskan, reformasi struktural mengenai hal ini yang nantinya akan dilakukan jika Anies Jadi presiden. Sehingga, investasi yang masuk juga bisa bermanfaat bagi semua pihak. “Banyak (investasi) ke smelter dan infrastruktur dan menguntungkan pemodal bukan pekerja. Jadi kita jangan buta pada fakta di lapangan terlena dengan angka-angka yang keliatannya fantastis,” tutupnya.
Halaman Selanjutnya
Source : VIVA/Mohammad Yudha Prasetya