Selasa, 13 Februari 2024 – 19:36 WIB
Jakarta – Unit usaha syariah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), BTN Syariah, berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp 702,3 miliar selama tahun 2023.
Pada akhir tahun 2023, BTN Syariah juga berhasil mencatat nilai pembiayaan sebesar Rp 37,1 triliun, meningkat 17,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 31,6 triliun.
“Direktur Utama BTN, Nixon L P Napitupulu, mengatakan bahwa perolehan laba bersih mencapai Rp 702,3 miliar, meningkat 110,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 333,6 miliar,” ujarnya dalam keterangannya pada Selasa, 13 Februari 2024.
Nixon menjelaskan bahwa capaian ini berdampak signifikan pada peningkatan nilai aset sebesar 19,79 persen menjadi Rp 54,3 triliun pada akhir 2023, dari Rp 45,3 triliun pada tahun sebelumnya.
Lonjakan bisnis BTN Syariah dipicu oleh tren di masyarakat, yang menginginkan pembiayaan rumah dengan akad syariah. Permintaan tertinggi terjadi di daerah-daerah dengan populasi muslim terbesar, seperti di Provinsi Aceh, Jawa Barat, Sumatera Barat, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).
Selain faktor keyakinan, Nixon meyakini bahwa KPR syariah diminati karena skema pembiayaannya memberikan rasa tenang dan nyaman pada nasabah. Pada KPR syariah, imbal hasil maupun besaran angsuran sudah ditetapkan sejak awal, dan berlangsung sepanjang periode perjanjian.
Dari total pembiayaan yang disalurkan BTN Syariah, porsi KPR menyumbang 98 persen atau sebesar Rp 36,6 triliun per akhir Desember 2023. Produk KPR syariah bersubsidi berkontribusi Rp 22,9 triliun, atau sebanyak 61 persen. Sedangkan KPR non-subsidi menyumbang Rp 11,6 triliun atau mencapai 31,3 persen.
Nilai pembiayaan yang melonjak tinggi berhasil diimbangi dengan kenaikan dana pihak ketiga (DPK). Sepanjang tahun 2023, BTN syariah mengumpulkan DPK senilai Rp 41,8 triliun, meningkat 41,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Separuh dari total DPK ini berupa dana murah atau current account saving account (CASA), senilai Rp 20,9 triliun.
Rasio CASA terus ditingkatkan selama lima tahun terakhir, dari hanya 37 persen pada 2019 menjadi 50 persen pada 2023. Dampak positifnya, rasio biaya dana (cost of fund) berhasil ditekan dari 6,25 persen menjadi 3,72 persen pada kurun waktu yang sama.
Halaman Selanjutnya