Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP), sebuah wirausaha sosial yang didirikan oleh pegiat anti terorisme dan radikalisme Noor Huda Ismail, bertujuan untuk menyebarkan pesan toleransi melalui dua film, yaitu “Ahmadiyah’s Dilemma” dan “Puan Hayati: Threads of Faith”.
Dalam acara yang diselenggarakan di Universitas Pamulang Kampus Viktor di Tangerang Selatan, Banten, kedua film tersebut dibahas dengan melibatkan pembicara seperti Noor Huda Ismail, rapper dan penganut Ahmadiyah Malik Ros, serta Dwi Setiyani Utami dan Nata Hening Graita Prameswari, penganut aliran kepercayaan Puan Hayati.
“Noor Huda menjelaskan bahwa tujuan dari film-film ini adalah untuk membangun kesadaran publik agar masyarakat bisa menerima aliran keyakinan lain yang merupakan bagian dari negara yang harus dilindungi,” ujar Noor Huda yang juga menjadi sutradara kedua film tersebut.
Dalam “Ahmadiyah’s Dilemma”, film tersebut menggali lebih dalam mengenai perjuangan yang dihadapi oleh pengikut Ahmadiyah, sementara dalam “Puan Hayati: Threads of Faith”, Dwi Utami dan Nata Hening menjelaskan tentang komitmen keyakinan Puan Hayati di Jawa Tengah.
Andy Yentriyani, Ketua Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), menyoroti pentingnya edukasi masyarakat mengenai perbedaan agar dapat meningkatkan toleransi. Dia menyambut baik inisiatif penggunaan film sebagai sarana untuk mengajarkan toleransi dan mengurangi sikap intimidatif terhadap perbedaan.
Dengan adanya film-film ini, diharapkan perbedaan yang memicu tindakan intimidasi dapat berkurang di tengah masyarakat, terutama dalam hal perlindungan terhadap perempuan yang sering kali menjadi target intimidasi dan kekerasan. Andy menegaskan bahwa hidup berdampingan dan menghormati perbedaan sangat penting dalam membangun masyarakat yang lebih bersatu dan toleran.
Sumber: ANTARA News