Senin, 11 Maret 2024 – 15:16 WIB
Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan umat Tanah Air untuk tetap tidak menggunakan produk yang dipasarkan secara massif oleh perusahaan lokal maupun internasional yang terafiliasi dengan Israel. Hal tersebut sebagai wujud perlawanan bersama atas genosida Israel di Gaza, Palestina.
Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan, menegaskan bahwa himbauan keras itu termasuk untuk dikonsumsi pada sahur, berbuka puasa, dan barang hantaran Lebaran (hampers). “MUI mendorong masyarakat menggunakan produk dalam negeri yang tidak terafiliasi dengan Israel dan pendukungnya, sebagai bentuk ajaran cinta tanah air bagian dari iman (hubbul wathan minal iman), atau membeli produk Palestina yang telah beredar di pasar Indonesia,” kata Amirsyah, dalam sebuah pernyataan tertulis, Senin, 11 Maret 2024.
Amirsyah menegaskan bahwa pengarahan publik (irsyadat) berupa boikot massal tersebut merupakan upaya resmi MUI atas genosida di Gaza dan sekaligus untuk memperkuat fatwa MUI sebelumnya terkait Israel. Ramadhan membuka kesempatan bagi umat Muslim untuk berbagi keprihatinan atas kepedihan bangsa Palestina.
“Penderitaan, kelaparan, kesakitan bangsa Palestina hingga hari ini adalah akibat langsung kebijakan represif penjajah zionis Israel yang telah melakukan beragam pelanggaran hukum internasional hingga hukum HAM internasional yang sangat tidak dapat ditolerir,” tegasnya.
Pada November 2023, MUI mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Fatwa menyatakan wajib hukumnya bagi umat Islam membantu perjuangan kemerdekaan Palestina, termasuk lewat donasi, zakat, infak atau sedekah. Dalam fatwa tersebut, MUI merekomendasikan umat Islam semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul penegasan hal yang senada. “Umat Islam tidak boleh menggunakan produk Israel dan pendukungnya, bisa dimulai di bulan Ramadhan ini tidak menggunakan produk Israel untuk konsumsi sahur dan berbuka puasa,” ujar Hakim di Jakarta, dikutip dari Antara.
Sudarnoto mendorong seluruh masyarakat untuk tetap beralih menggunakan produk dalam negeri yang tidak terafiliasi dengan Israel dan pendukungnya. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk ajaran cinta Tanah Air bagian dari iman (hubbul wathan minal iman).
Dia pun mengingatkan masyarakat untuk waspada akan produk kurma Israel. Pemboikotan terhadap produk terafiliasi Israel ini sebagai bentuk tekanan yang bisa dilakukan masyarakat. “Karena, dengan boikot, kita bisa memperlemah kekuatan ekonomi Israel supaya tidak menyerang-menyerang lagi,” katanya.
Selain MUI, ribuan warga pun terus melakukan berdemonstrasi di Kedutaan Amerika Serikat untuk memprotes pembelaan buta Paman Sam dan negara-negara Barat atas genosida Israel di Gaza.
“Sampai hari ini, belum ada tanda-tanda aksi biadab Israel di bumi Palestina bakal berakhir,” kata Ketua Gerakan Kebangkitan Produk Nasional (Gerbang Pronas), Fuad Adnan, di tengah aksi demonstrasi beberapa waktu lalu. “Pembantaian Israel atas Gaza justru kian keji, termasuk yang terakhir tragedi Pembantaian truk tepung di mana Israel menghabisi 116 orang warga Gaza yang tengah mengantre bahan makanan,” tambahnya.
Direktur Eksekutif Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, Ahmad Himawan, yang ikut turun dalam demonstrasi yang sama mengatakan hal senada. Menurut Ahmad, meski dianggap remeh oleh sebagian pihak, gerakan boikot nyatanya berhasil memicu kerugian besar pada sejumlah perusahaan yang terafiliasi dengan Israel di Indonesia.
“Penjualan mereka turun secara signifikan, imbas aksi boikot masyarakat Indonesia,” katanya tak memberikan rincian.
Karena itu, lanjut Ahmad, Ramadhan kali ini seharusnya menjadi momentum menguatkan aksi boikot. “Boikot produk yang terafiliasi dengan Israel adalah selemah-lemahnya iman,” katanya menegaskan.
Dia berharap konsumen muslim di Indonesia tak terkecoh dengan aneka rayuan dan klaim fiktif perusahaan terafiliasi Israel di Indonesia, yang seolah ingin mengesankan tangan mereka bersih dari darah warga Gaza hanya karena produknya diproduksi sepenuhnya di Indonesia.