Minggu, 28 Juli 2024 – 16:14 WIB
Jakarta – Bank Indonesia (BI) menekankan, pentingnya koordinasi kebijakan dalam mengatasi tantangan global. Sebab saat ini perekonomian global masih dibayangi oleh ketidakpastian yang berpotensi menahan prospek pertumbuhan jangka menengah.
Baca Juga :
Di Sela Forum G20 Brazil, Menaker Ida Bahas Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Kerja Indonesia-Belanda
Hal ini mengemuka dalam rangkaian Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 (Finance Minister and Central Bank Governors/FMCBG) di bawah Presidensi Brasil.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, ketidakpastian global seperti divergensi kebijakan moneter dan tingginya utang publik di beberapa negara maju, telah berdampak pada terbatasnya kemampuan negara berkembang dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga :
Ciptakan Ketenagakerjaan yang Inklusif, Indonesia Dorong G20 Manfaatkan Teknologi
“Untuk itu menyerukan agar negara maju melakukan langkah-langkah untuk mengatasi spillover tantangan global terhadap negara berkembang,” kata Perry dalam keterangannya dikutip Minggu, 28 Juli 2024.
Perry menjelaskan, itu dilakukan pertama dengan memperkuat transparansi kebijakan moneter untuk memberikan kejelasan respons dan arah kebijakan bagi pelaku di sektor keuangan, menjaga persepsi, dan meredakan reaksi pasar sehingga dapat memperkuat stabilitas global.
Baca Juga :
Menaker Menyoroti Upaya Indonesia Menciptakan Pekerjaan Layak dan Inklusi Sosial di G20 Brazil
Kedua, menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi tingkat utang yang berlebihan dan menerapkan kebijakan fiskal berkelanjutan yang lebih hati-hati. Kemudian ketiga, memperkuat koordinasi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas.
Sedangkan di sektor keuangan, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral memandang ketahanan sistem keuangan global tetap terjaga ditopang regulasi dan pengawasan yang solid. Ke depan, upaya memperkuat ketahanan di sisi operasional perlu terus menjadi perhatian sejalan dengan makin tingginya penggunaan teknologi digital.
Bank Indonesia pun mengarisbawahi pentingnya asesmen risiko yang komprehensif, tata kelola yang baik, perencanaan penanganan dan pemulihan insiden siber yang efektif, serta ketersediaan teknologi dan infrastruktur yang mampu mitigasi risiko.
Lebih lanjut, dalam pembahasan terkait agenda inklusi keuangan, Indonesia menyambut baik kemajuan G20 Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI) dalam mendorong kemajuan inklusi ekonomi dan keuangan.
Perry menyampaikan, pada Presidensi Indonesia 2022, Bank Indonesia menekankan tiga pendekatan untuk mendorong inklusi keuangan, yaitu meningkatkan akses dan penggunaan produk dan layanan keuangan untuk mengembangkan UMKM dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk melalui literasi keuangan dan pelindungan konsumen.
Lalu, implementasi kebijakan makroprudensial untuk mendorong likuiditas penyaluran kredit yang dikoordinasikan dengan kebijakan fiskal, dan digitalisasi sistem pembayaran dengan dukungan infrastruktur keuangan digital serta kerjasama sistem pembayaran antarnegara.
Halaman Selanjutnya
Bank Indonesia pun mengarisbawahi pentingnya asesmen risiko yang komprehensif, tata kelola yang baik, perencanaan penanganan dan pemulihan insiden siber yang efektif, serta ketersediaan teknologi dan infrastruktur yang mampu mitigasi risiko.