Senin, 6 Mei 2024 – 10:30 WIB
Jakarta – Para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2024 sebesar 5,15 persen secara year on year (yoy). Namun, angka pasti pertumbuhan ekonomi akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini Senin, 6 Mei 2024.
Ekonom Makro ekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 berada di kisaran 5,12 persen hingga 5,17 persen.
“Kami memproyeksikan PDB tumbuh sebesar 5,15 persen yoy di kuartal I-2024, kisaran proyeksi 5,12 persen-5,17 persen. Dan 5,1 persen untuk keseluruhan tahun 2024, kisaran proyeksi 5,0 persen-5,1 persen,” kata Riefky dalam laporannya Senin, 6 Mei 2024.
Riefky menjelaskan bahwa pertumbuhan ini akan didorong oleh berbagai peristiwa dalam tiga bulan pertama tahun 2024. Beberapa di antaranya adalah penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) bersamaan dengan adanya beberapa periode libur panjang, yang berpotensi meningkatkan tingkat konsumsi secara umum.
“Lebih lanjut, perayaan musiman Ramadhan dapat memacu pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Di sisi lain, realisasi investasi yang jauh melampaui target mencerminkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia saat ini,” jelasnya.
Selain itu, Riefky juga menyebutkan bahwa kondisi eksternal yang memengaruhi ekonomi Indonesia pada awal tahun 2024 menunjukkan kombinasi tren positif dan tantangan. Meskipun investasi kuat pada kuartal pertama dengan total investasi mencapai Rp 401,5 triliun meningkat 22,1 persen yoy, neraca perdagangan RI mengalami penurunan.
“Surplus perdagangan menurun menjadi US$7,34 miliar pada kuartal I-2024, penurunan sebesar 39,40 persen yoy, terutama karena penurunan ekspor yang lebih signifikan dibandingkan dengan impor. Pelambatan ekspor dapat dikaitkan dengan faktor-faktor seperti pelambatan ekonomi Tiongkok dan harga komoditas yang lebih rendah,” terangnya.
Riefky juga menyebutkan bahwa terjadi aliran keluar modal dari pasar obligasi Indonesia pada kuartal I-2024 sebanyak US$1,89 miliar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perubahan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve AS dan ketidakpastian geopolitik global. Aliran keluar modal ini, bersama dengan pelemahan rupiah yang turun 2,96 persen ytd pada akhir Maret 2024, menunjukkan tekanan yang terus berlangsung pada stabilitas eksternal Indonesia.
Halaman Selanjutnya
Source : VIVA/M Ali Wafa