Jumat, 17 Mei 2024 – 00:37 WIB
Jakarta – Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen, dinilai sejumlah pihak justru bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi investor.
Baca Juga:
Rupiah Mulai Bertenaga usai Pernyataan Jerome Powell soal Suku Bunga
Analis Pasar Keuangan Octa Trader, Kar Yong Ang menilai investor Indonesia harus memantau perubahan kebijakan moneter AS, untuk mengambil keputusan investasi. Apalagi, hasil kenaikan suku bunga ini didasarkan pada faktor eksternal khususnya tingginya suku bunga yang sedang berlangsung di AS.
Baca Juga:
Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi RI 2024 Tumbuh 5,06 Persen
“Jadi mesti memantau perubahan kebijakan moneter AS juga ya. Namun, suku bunga yang tinggi dapat memberikan peluang yang menguntungkan bagi investor konservatif, dimana mereka bisa membeli supaya mengunci imbal hasil obligasi yang tinggi,” kata Kar Yong dalam keterangannya pada Kamis, 16 Mei 2024.
Baca Juga:
Volume Transaksi Meroket, Investasi Aset Kripto Makin Diminati
Dia menambahkan, untuk strategi yang lebih berisiko, kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia ini juga bisa dimanfaatkan untuk keluar dari perdagangan yang terkait dengan penguatan dolar AS, dan mempersiapkan pemulihan pasar modal. Meski demikian, Kar Yong menjelaskan bahwa proyeksi instrumen pasar modal ke depannya masih belum dapat dicatatkan secara spesifik. Menurut penilaiannya, sentimen ini masih bergantung pada strategi risk-off dan risk-on yang investor hadapi.
“Hal itu misalnya merujuk konteks regulasi, kebijakan moneter yang ketat, juga kenaikan suku bunga yang memungkinkan memicu mode risk-off. Dalam mode risk-off, investor cenderung membeli instrumen investasi pendapatan tetap seperti obligasi dan deposito. Sebaliknya, kebijakan moneter yang lunak berhubungan dengan mode risk-on bagi investor. Dalam mode risk-on, investor cenderung membeli aset siklis seperti saham perusahaan publik,” jelas dia.