Selasa, 4 Juni 2024 – 19:42 WIB
Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyamakan naik turunnya harga atau volatilitas komoditas seperti bermain roller coaster. Pasalnya, harga komoditas mengalami volatilitas dalam beberapa tahun terakhir, dan berdampak pada pengelolaan APBN.
“Kami ingin sampaikan volatilitas yang sering kita sebutkan hanya dalam satu judul harga komoditas volatile. Ini untuk memberikan gambaran bagaimana volatilitas itu sebagai roller coaster,” kata Sri Mulyani dalam rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Selasa, 4 Juni 2024.
Sri Mulyani juga bercanda bahwa dia tidak berani menaiki roller coaster karena setiap hari sudah menghadapi roller coaster di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Saya tidak berani main roller coaster, tidak berani. Karena tiap hari sudah menghadapi roller coaster di APBN,” jelasnya.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa harga minyak mentah Brent mengalami volatilitas di tengah ketidakpastian global. Pada tahun 2010, harga minyak Brent berada di kisaran US$80 per barel, kemudian naik di atas US$100 per barel pada 2011.
“Harga Brent di atas US$100 per barel selama di atas 3 tahun. Tiba-tiba jatuh. Jatuhnya itu sangat dalam mencapai US$28 dolar per barel di tahun 2016,” jelasnya.
Dia menyebut, harga Brent mulai merambat naik di sekitar US$60 dan kembali jatuh ke level terendah selama 5 dekade ketika pandemi COVID-19. Sebab saat itu, harga Brent hanya US$23 per barel.
“Angka US$23 itu harga minyak pada saat sebelum perang Iran tahun 70-an 80-an. Dan kemudian dalam waktu kurang 2 tahun setelah pandemi naik lagi di US$120 per barel karena ada perang Ukraina dan Rusia dan melorot lagi di US$90 per barel,” jelasnya.
Dengan hal itu jelas Sri Mulyani, kenaikan dan penurunan harga minyak telah mempengaruhi APBN dan perekonomian. “Kenaikan dan penurunan harga seperti ini jelas mempengaruhi APBN kita dan ekonomi kita,” imbuhnya.