Sabtu, 8 Juni 2024 – 15:25 WIB
Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada bulan Juni 2024.
Operasi TMC ini dilakukan untuk mengisi 43 bendungan di Pulau Jawa yang mengalami penurunan daya tampung akibat El Nino. Pelaksanaan TMC dibagi menjadi tiga posko, yaitu Posko 2 di Bandung untuk 8 bendungan, Posko 3 di Solo untuk 23 bendungan, dan Posko 4 di Malang untuk 12 bendungan.
“Teknologi modifikasi cuaca yang sering dilakukan oleh BMKG bertujuan untuk mengisi bendungan dan mengurangi risiko hujan atau banjir di berbagai tempat. Dengan teknologi modifikasi cuaca, kita bisa memonitor berapa kubik air yang kita dapat,” kata Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu, 8 Juni 2024.
Akibat El Nino, volume tampungan bendungan di Pulau Jawa berkurang sekitar 19 persen atau sebesar 981,5 juta meter kubik air. Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan dari penurunan volume air ini adalah berkurangnya pasokan air untuk irigasi, yang akan mengurangi luas lahan yang dapat diairi pada musim tanam.
Melalui TMC, diharapkan dapat mengatasi defisit volume tampungan dan memastikan ketersediaan air selama Masa Tanam II, sehingga petani tetap bisa panen dan rencana layanan irigasi untuk Masa Tanam III dapat ditingkatkan. TMC direncanakan dilakukan dengan 1-3 sorti penerbangan per hari menggunakan 800 kilogram garam atau food grade dalam setiap penyemaian agar tidak mencemari lingkungan.
“TMC merupakan upaya Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam rangka mitigasi dampak musim kemarau, yang merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya air,” kata Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Jenderal SDA, Adek Rizaldi.
Kegiatan TMC telah dilaksanakan sejak 1-5 Juni 2024 dengan hasil hujan terjadi di sekitar 22 bendungan dari target 43 bendungan. Tahapan pelaksanaan TMC melibatkan BMKG dalam memberikan informasi prediksi potensi awan di Pulau Jawa, Direktorat Jenderal SDA dalam mengidentifikasi bendungan yang memerlukan tambahan air, BRIN dalam menganalisis kebutuhan bahan penyemaian dan merencanakan penerbangan, serta TNI AU dalam melaksanakan proses penyemaian awan.
Setelah penyemaian dilakukan, BMKG dan BRIN memantau hasil dan terjadinya hujan, sedangkan Direktorat Jenderal SDA memonitor curah hujan, tinggi muka air waduk, volume tampungan, inflow, dan outflow selama 24 jam. Dilakukan juga evaluasi pelaksanaan TMC setiap harinya. Tahapan tersebut berulang sampai TMC dinyatakan selesai jika tidak ada potensi awan atau tampungan waduk sudah mencukupi.