Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjadi pembicara kunci dalam Roundtable Luncheon yang diadakan oleh US-ASEAN Business Council di Washington D.C. Beberapa perusahaan besar seperti FedEx, ExxonMobil, S&P Global, BP, dan Freeport-McMoRan turut hadir dalam acara tersebut. Mereka tidak hanya memperkenalkan diri tetapi juga berpartisipasi dalam dialog strategis untuk memperluas kerja sama ekonomi dengan Indonesia terutama dalam investasi dan perdagangan.
Senior Vice President (Policy) US-ABC, Marc Mealy, mengungkapkan keyakinannya bahwa kerja sama ekonomi antara Amerika Serikat dan Indonesia akan terus berkembang di masa depan. Dengan pergantian pemerintahan di kedua negara, diharapkan hubungan bilateral akan semakin kuat dan kesempatan bisnis akan semakin meluas.
Pada acara tersebut, Menko Airlangga menunjukkan optimisme terhadap hubungan antara komunitas bisnis Indonesia dan Amerika Serikat. Dia juga memaparkan perkembangan ekonomi terkini di Indonesia, prioritas Pemerintah yang baru, serta strategi menuju Indonesia Emas 2045. Menurutnya, meskipun situasi ekonomi global saat ini penuh tantangan, ekonomi Indonesia tetap tumbuh solid dengan dukungan inflasi yang terkendali dan rasio utang yang terjaga.
Perhatian juga diberikan pada kebijakan Presiden Prabowo yang fokus pada sektor pangan, energi terbarukan, dan hilirisasi industri. Potensi kerja sama dalam meningkatkan produktivitas pangan, pengembangan energi terbarukan, dan hilirisasi industri menjadi topik utama yang dibahas dalam pertemuan ini.
Menko Airlangga juga menyoroti upaya Indonesia untuk meningkatkan standar ekonomi melalui OECD, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045. Hal ini diharapkan dapat membawa reformasi pada isu environment, social, and governance (ESG) untuk meningkatkan kepercayaan investor. Indonesia juga diharapkan terus memberikan insentif fiskal guna mendorong investasi, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam sesi tanya jawab, Menko Airlangga memberikan keyakinan bahwa perubahan pemerintahan tidak akan menghambat bisnis di Indonesia, malah membuka peluang baru untuk investasi. Dia juga menegaskan kesiapan infrastruktur Indonesia dalam menerima investasi asing, terbukti dengan keberadaan 22 Kawasan Ekonomi Khusus yang memberikan kemudahan bagi investor.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan apresiasi kepada US-ABC dan seluruh peserta, serta undangan kepada pelaku bisnis AS untuk menjajaki investasi di Indonesia demi pembangunan yang berkelanjutan. Sekretaris Kemenko Perekonomian dan Deputi Kerja sama Ekonomi Internasional turut hadir dalam acara tersebut.