Pada tanggal 5 Desember 2024, ekonom senior Cyrillus Harinowo memperkirakan penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 1 juta unit, meskipun terjadi penurunan daya beli masyarakat pada tahun 2024. Menurut Cyrillus, optimisme ini mencerminkan bahwa industri otomotif Indonesia masih cerah. Dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di Jakarta pada 4 Desember 2024, Cyrillus menyatakan keyakinannya bahwa penjualan mobil akan kembali naik pada tahun 2025 mendatang.
Penurunan penjualan kendaraan pada tahun ini disebabkan oleh dua faktor utama, yakni tingginya pajak mobil dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Selain itu, faktor lain yang memengaruhi penurunan penjualan adalah sikap “wait and see” dari pembeli, yang dipicu oleh kehadiran mobil listrik dan mobil dari China dengan harga yang lebih murah. Diprediksi bahwa penjualan kendaraan hanya akan mencapai 850 ribu unit pada tahun 2024, menurun dari 1,005 juta unit pada tahun sebelumnya.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menjelaskan bahwa stagnasi penjualan mobil di Indonesia selama beberapa tahun terakhir disebabkan oleh turunnya kasta kelas menengah. Menurutnya, sekitar 10 juta kelas menengah turun kasta, yang mengakibatkan penurunan pembelian kendaraan bermotor. Kelas menengah memiliki kontribusi besar dalam pembelian kendaraan, namun fenomena penurunan kasta kelas menengah memiliki dampak signifikan terhadap penjualan mobil di Indonesia.
Dalam situasi ini, optimisme Cyrillus Harinowo mengenai kenaikan penjualan mobil menjadi hal yang penting dalam merespons perubahan kondisi pasar otomotif di Indonesia. Menyongsong Era Rendah Emisi menjadi tantangan bagi industri otomotif nasional, namun dengan strategi yang tepat, optimisme terhadap pertumbuhan industri otomotif tanah air tetap ada.