Pada tahun 2025, diprediksi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan melonjak hingga mencapai area 8.000, meskipun dihadapkan pada potensi perang dagang global. Faktor-faktor seperti inflasi dan daya beli masyarakat menjadi pendorong positif bagi pasar modal domestik. Menurut Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto, volatilitas pasar saham Indonesia cukup signifikan tahun ini, dengan IHSG mencapai rekor tertinggi di level 7.905. Meski mencapai prediksi target Mirae Asset di level 7.915, IHSG segera mengalami koreksi akibat sentimen global dan domestik yang beragam.
Pasar modal domestik mengalami perkiraan positif berdasarkan dua faktor makroekonomi dalam negeri, yakni inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga. Tingkat inflasi Indonesia menunjukkan tren penurunan berkat stabilitas harga bahan makanan, yang juga berdampak pada daya beli masyarakat, terutama dalam sektor pangan yang merupakan indikator utama inflasi. Prediksi menunjukkan tingkat inflasi sekitar 2,8 persen dan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5 persen pada tahun 2025.
Meskipun terdapat kebijakan ekonomi baru di Amerika Serikat yang mungkin membatasi penurunan suku bunga acuan dalam negeri, Rully memperkirakan suku bunga acuan tetap berada pada 5,5 persen pada akhir tahun 2025. Ketangguhan makroekonomi diharapkan dapat mengatasi potensi perang dagang dan tantangan global yang mungkin terjadi di masa mendatang. Keseluruhan, dibutuhkan kebijakan yang tepat dan kolaborasi dari berbagai pihak terkait di Indonesia untuk menghadapi dinamika ekonomi global yang menantang.