Terdapat laporan terbaru yang dirilis oleh platform pemeriksaan latar belakang Checkr yang mengungkap potensi gelombang besar pekerja muda di Amerika Serikat yang akan melakukan resign di tahun 2025. Survei yang dilakukan terhadap 3.000 pekerja menunjukkan bahwa 51 persen dari Gen Z (usia 18-27 tahun) dan 47 persen dari milenial (usia 28-43 tahun) menyatakan akan mencari pekerjaan baru jika tidak mendapatkan kenaikan gaji. Dalam perbandingan, hanya 20 persen dari pekerja baby boomer atau dalam kelompok usia 60-69 tahun yang menyatakan hal serupa.
Generasi muda tidak hanya khawatir tentang upah, namun mereka juga merasa kurang puas dengan lingkungan kerja mereka. Hanya 25 persen dari Gen Z dan 42 persen dari milenial yang merasa bahagia, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 50 persen dari baby boomer dan Gen X (usia 44-59 tahun). Kevin Thompson, pendiri 9i Capital Group, menyatakan bahwa persaingan untuk mendapatkan talenta yang terbaik semakin ketat, sehingga perusahaan harus bersedia membayar lebih untuk menarik dan mempertahankan karyawan yang berkualitas.
Ketidakpuasan terbesar datang dari Gen Z, di mana 43 persen dari mereka merasa bahwa mereka dibayar di bawah standar. Michael Ryan dari michaelryanmoney(dot)com menyampaikan bahwa loyalitas dalam dunia kerja saat ini telah berubah menjadi hubungan yang lebih transaksional, dengan kinerja, inovasi, dan kompensasi yang adil menjadi kuncinya. Jenis pekerjaan tertentu seperti di sektor kesehatan dan pendidikan menjadi yang paling terdampak oleh gelombang resign ini.
Meskipun kemungkinan besar tidak terjadi gelombang resign besar-besaran, Bryan Driscoll, seorang konsultan SDM, memperingatkan bahwa perusahaan akan menghadapi tingkat pergantian karyawan yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan untuk membayar dengan adil, menawarkan peluang pengembangan yang bermakna, dan memperlakukan karyawan dengan manusiawi agar dapat mempertahankan karyawan terbaik dalam perusahaannya.