Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih terjadi di berbagai sektor di awal tahun 2025. PHK massal ini mengikuti tren dua tahun terakhir yang telah mengguncang sektor-sektor seperti teknologi, media, keuangan, manufaktur, ritel, dan energi. Perampingan tenaga kerja ini dilakukan untuk efisiensi biaya di tengah perubahan teknologi yang pesat. Menurut survei terbaru dari World Economic Forum, sekitar 41% perusahaan di seluruh dunia berencana untuk mengurangi jumlah karyawan mereka dalam lima tahun ke depan, terutama karena perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Beberapa perusahaan besar seperti Starbucks, BP, Meta, Microsoft, dan Boeing telah mengumumkan rencana PHK di awal tahun ini. Starbucks, misalnya, berencana untuk melakukan PHK pada Maret 2025 sebagai bagian dari restrukturisasi organisasi mereka. BP juga mengonfirmasi bahwa mereka akan memangkas jumlah karyawan dan kontraktor secara global. Meta, yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg, juga akan memangkas karyawan dengan kinerja rendah. Sementara itu, Microsoft sedang mengevaluasi kinerja karyawan untuk melakukan PHK dalam waktu dekat, dan Boeing akan memangkas 400 posisi dari program roket bulan mereka.
Tren PHK ini menjadi perhatian luas karena dampaknya yang luas terhadap ekonomi dan masyarakat. Perusahaan-perusahaan terus melakukan restrukturisasi untuk tetap kompetitif dalam era teknologi yang terus berkembang. Menyusul perubahan ini, diharapkan adanya upaya peningkatan keterampilan dan penyesuaian diri bagi para pekerja agar dapat bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin ketat. Semua pihak diharapkan dapat bekerja sama untuk mengurangi dampak negatif PHK terhadap karyawan dan masyarakat.