Boikot produk Israel telah menjadi isu sensitif dan kontroversial di tingkat internasional. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, telah mulai mengkampanyekan boikot terhadap produk-produk Israel sebagai bentuk protes terhadap tindakan pemerintah Israel di Palestina. Serangan Israel di Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023, dengan jumlah korban meninggal di Gaza mencapai sekitar 30.000 orang selama tahun 2023 hingga 2024, telah memicu reaksi keras dari masyarakat dunia.
Dalam rangka memberikan dukungan kepada Palestina, masyarakat di berbagai platform media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Tiktok menggunakan tagar #AllEyesOnRafah. Aksi ini mencapai lebih dari 30 juta akun yang tersebar luas. Selain itu, terus dilakukan kampanye untuk memboikot produk-produk Israel, serta menghindari artis-artis yang mendukung Israel atau tidak mengungkapkan dukungan terhadap Palestina.
Meskipun boikot tidak akan merugikan Israel secara signifikan, namun dampak aksi ini terlihat pada penurunan kunjungan dan tenaga kerja di restoran-restoran dan perusahaan yang terafiliasi dengan Israel. Contohnya, Unilever di Indonesia mengalami penurunan saham setelah diboikot, sehingga menunjukkan adanya dampak ekonomi dari boikot produk Israel.
Namun, aksi boikot produk Israel ini membawa dampak positif bagi UMKM di Indonesia, karena masyarakat mulai beralih ke produk-produk lokal sebagai alternatif. Hal ini menghasilkan peningkatan penjualan produk UMKM dan memberikan kesempatan lebih luas bagi usaha kecil dan menengah di Indonesia. Oleh karena itu, mendukung UMKM lokal juga dapat mendukung perekonomian nasional dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.
Dengan mendorong konsumsi produk dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri, masyarakat dapat membantu Palestina serta memajukan perekonomian Indonesia. Aksi ini membuka peluang bagi UMKM untuk berkembang dan meningkatkan lapangan kerja sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.