Pada Sabtu, 1 Maret 2025, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) membahas masalah gemuknya Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto. Menurut lembaga tersebut, kegemukan kabinet ini tidak sejalan dengan tren global dan dapat menghambat proses pengambilan keputusan pemerintah.
Menurut Guru Besar Universitas Paramadina, Ahmad Badawi Saluy, gemuknya kabinet dapat menghambat proses pengambilan keputusan tentang isu-isu strategis. Jadwal pertemuan yang padat dan keterbatasan waktu presiden dapat mengakibatkan rapat kabinet menyerupai seminar nasional daripada forum pengambilan keputusan yang efisien.
Badawi juga menyoroti tren global di mana negara-negara seperti Argentina dan Vietnam telah melakukan pemangkasan jumlah kementerian untuk efisiensi dan peningkatan kinerja. Hal ini terbukti efektif dalam memangkas birokrasi dan mempercepat daya saing wilayah tersebut.
Selain itu, Badawi juga menyoroti stagnasi pada Purchasing Manager Index (PMI) Industri Manufaktur Indonesia pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Meskipun pada tahun 2024 PMI menunjukkan peningkatan, namun pada tahun 2025 terjadi penurunan yang mengkhawatirkan bagi industri nasional. Kesenjangan pertumbuhan pada sektor tenaga kerja juga menjadi perhatian dengan sektor industri pengolahan yang belum optimal dalam menyerap tenaga kerja.
Dengan adanya problematika tersebut, Badawi menekankan perlunya kebijakan yang mampu mendorong optimalisasi labour intensive industrialization untuk mendukung sektor industri dalam menghadapi tantangan dan meningkatkan daya saing global. Artinya, kemampuan dalam membangun struktur kabinet yang efisien akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.