Pasar kripto kembali mengalami tekanan setelah data inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) pada Februari menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi dari ekspektasi. Bitcoin (BTC) dan aset kripto utama lainnya, mengalami koreksi tajam pada Sabtu, 29 Maret 2025, menyusul sentimen negatif di pasar keuangan global. Investor khawatir dengan dampak jangka panjang dari kebijakan ekonomi yang semakin ketat, sehingga memicu aksi jual besar-besaran di berbagai aset, termasuk saham dan kripto.
Harga Bitcoin turun sebesar 4 persen, jatuh di bawah USD84.000 atau setara Rp1,39 miliar, setelah laporan inflasi PCE Februari mencatat kenaikan 2,8 persen secara tahunan (YoY), lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,7 persen. Data inflasi yang lebih tinggi dan ancaman tarif baru dari Presiden AS Donald Trump memperburuk sentimen pasar, menimbulkan aksi jual besar-besaran di sektor kripto. Mayoritas aksi jual ini dilakukan oleh investor jangka pendek (Short-Term Holders/ STH).
Ekspektasi inflasi jangka panjang melonjak ke level tertinggi 4,1 persen sejak 1993, dan survei terbaru dari University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi tahun ini meningkat menjadi 5 persen dari sebelumnya 2,6 persen. Koreksi di pasar kripto juga mencerminkan korelasi yang semakin kuat dengan pasar saham. Altcoin utama seperti Ethereum (ETH), XRP, Solana (SOL), dan Dogecoin (DOGE) juga mengalami penurunan tajam.
Beberapa sektor utama di industri kripto, termasuk sektor kecerdasan buatan (AI), juga mengalami tekanan dengan penurunan lebih dari 7 persen. Hal ini menyebabkan penurunan nilai beberapa token AI teratas seperti NEAR, Bittensor, dan Render. Sektor koin meme dan real-world asset (RWA) juga mengalami penurunan yang signifikan. Koreksi di pasar kripto juga menunjukkan korelasi yang kuat dengan pasar saham, di mana Indeks S&P 500 turun hampir 2 persen, menghapus kapitalisasi pasar lebih dari USD1 triliun atau setara Rp16.500 triliun. Nasdaq 100 juga mengalami penurunan lebih dari 2 persen dalam sehari.