Sister Murder, band death metal asal Malang, telah merilis album debut mereka berjudul “Resurrecting The Wounded Psyche” pada Hari Perempuan Internasional 2025. Album ini tidak hanya menandai evolusi musikalitas mereka tetapi juga sebagai medium untuk menyuarakan perlawanan terhadap kekerasan, ketidakadilan, serta ajakan untuk membangkitkan keberanian dan kekuatan mental. Dalam bentuk CD dan kaset pita terbatas, karya ini menggabungkan lirik gelap dengan musik dinamis yang unik, menawarkan pengalaman mendalam bagi pendengar.
“Dibuka dengan intro “Beneath The Blood Moon”, album ini terdiri dari tujuh lagu berbahasa Inggris yang mengangkat tema-tema kompleks seputar kehancuran mental korban kekerasan, perlawanan terhadap sistem patriarki, femisida, aborsi, hingga konflik Palestina,” jelas band dalam pernyataan resmi mereka. Meskipun fokus pada isu perempuan, Sister Murder menegaskan bahwa pesan dalam album ini bersifat universal.
Musikalisasi “Resurrecting The Wounded Psyche” menawarkan perpaduan unik antara keganasan slamming death metal dan sentuhan melodis yang mudah dicerna. Proses kreatif album ini berlangsung selama delapan bulan di Virtuoso Music Studio, Malang, dengan formasi Siska (vokal), Levita Damaika (gitar), Chesil (bass), dan The Moon (drum). Visual album juga memperkuat narasi, dengan artwork yang menggambarkan kehancuran, simbol patriarki yang runtuh, dan sosok prajurit perempuan berdiri gagah.
Sister Murder menyoroti pentingnya kolaborasi dalam proses kreatif dan berharap bahwa album ini akan menjadi pengingat akan kekuatan komunitas dan seni sebagai alat perubahan sosial. Dengan perilisan ini, Sister Murder tidak hanya memperkaya kancah musik ekstrem Indonesia tetapi juga membuktikan bahwa metal bisa menjadi medium kritik sosial yang powerful. Album fisik edisi terbatas telah tersedia melalui kanal distribusi independen, sementara versi digital akan segera menyusul di platform musik. Jika Anda ingin mengetahui informasi lebih lanjut, silakan kunjungi akun media sosial Sister Murder.