Menjelang perayaan Records Store Day, duo musik Silampukau asal Surabaya bersiap meluncurkan maxi-single berjudul “Sepasang Kidung Cilaka” dalam format vinyl 7-inci. Rilisan ini memuat dua lagu terbaru mereka, yaitu “Dendang Sangsi” dan “Lantun Mustahil”, yang dipersembahkan khusus bagi para penggemar musik fisik. Kolaborasi dengan Bojakrama Press yang sebelumnya telah merilis EP “Sementara Ini” dalam format kaset mengonfirmasi komitmen mereka dalam melestarikan warisan musik fisik. Sebanyak 300 eksemplar vinyl akan diproduksi, menekankan pentingnya kolektivitas dalam merawat sejarah musik Indonesia. Proyek ini dipandang sebagai bentuk dedikasi untuk merayakan semangat Records Store Day, dengan tujuan menjaga eksistensi format fisik sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Rilisan tersebut juga menandai akhir dari fase kreatif Silampukau sebelum mereka beralih ke proyek album penuh yang direncanakan rilis pertengahan tahun 2025. Sampul “Sepasang Kidung Cilaka” kembali diilustrasikan oleh seniman Redi Murti, yang sebelumnya juga membuat sampul album perdana Silampukau, “Dosa, Kota, dan Kenangan”. Dengan gaya ilustrasi uniknya, Redi Murti menghadirkan nuansa retro dengan palet warna yang mengingatkan pada sampul buku era 1960-an, yang memperkaya identitas visual rilisan tersebut dan menghubungkan nostalgia dengan konsep musik kontemporer Silampukau. Salah satu anggota duo, Kharis Junandharu, menjelaskan bahwa lagu-lagu dalam maxi-single ini menjadi pondasi penting bagi evolusi musik mereka dan memberikan gambaran arah baru yang diambil. Pra-pemesanan vinyl “Sepasang Kidung Cilaka” akan dibuka pada 7 April 2025 melalui situs web Bojakrama Press, yang juga menawarkan merchandise eksklusif selama periode pemesanan awal. Rilisan ini menandai transformasi Silampukau dari duo eksperimental menjadi kekuatan yang serius dalam musik indie Indonesia, dengan kombinasi kesetiaan terhadap musik fisik, kolaborasi artistik, dan perencanaan yang matang. Keseluruhan, maxi-single ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan musikal mereka, menegaskan bahwa arsip musik bukan hanya memandang ke belakang, tetapi juga menjadi landasan untuk melangkah ke masa depan yang lebih menjanjikan.