Di era digital saat ini, cara belajar telah mengalami transformasi yang signifikan. Dulu, belajar hanya bisa dilakukan di ruang kelas dengan bantuan buku, modul, dan pengajar. Namun kini, belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, bahkan saat santai di rumah atau sedang menunggu di kedai kopi. Media sosial seperti Instagram dan YouTube telah menjadi tempat belajar baru yang menarik, informatif, dan mudah diakses oleh siapa pun.
Instagram, yang awalnya digunakan untuk berbagi foto dan gaya hidup, kini dipenuhi dengan konten edukatif dalam berbagai format menarik seperti carousell, reels, dan infografis. Demikian pula, YouTube menjadi tempat penyimpanan beragam ilmu pengetahuan, mulai dari tutorial matematika, tips menulis esai, hingga kuliah online dari universitas ternama. Kedua platform ini telah mengubah cara pembelajaran modern, menjadi lebih fleksibel, visual, dan personal.
Perubahan ini mencerminkan evolusi cara manusia mengonsumsi informasi, terutama generasi Z dan milenial yang lebih suka konten cepat, visual, dan langsung pada tujuannya. Hal ini membuat konten edukatif digital berkembang pesat dan menjadi bagian penting dari strategi pembelajaran saat ini.
Menurut Michael R. Solomon, perilaku konsumen tidak terjadi secara acak, tetapi dipengaruhi oleh proses psikologis, sosial, dan budaya. Konsumen dalam konteks belajar digital tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga aktif dalam memilih, menafsirkan, dan merespons konten yang mereka konsumsi.
Perubahan perilaku konsumen ini mengingatkan kita pada tiga kunci utama dalam menyajikan konten edukatif digital yang efektif: relevansi, penyampaian visual, dan kedekatan personal. Konten edukasi yang disampaikan dengan gaya santai, relatable, dan menggunakan bahasa sehari-hari lebih mudah diterima daripada pendekatan formal dan panjang. Emosi dan identifikasi juga berperan penting dalam menarik perhatian audiens terhadap konten.
Trend edukreator sebagai individu yang membagikan ilmu dan keterampilan melalui media sosial juga menarik perhatian. Para edukator, mahasiswa, dan profesional kini membangun personal branding untuk menjadi sumber belajar bagi orang lain. Melalui Instagram dan YouTube, mereka dapat mempromosikan kelas online, berbagi e-book, serta membangun komunitas dan audiens yang loyal.
Kesimpulannya, pembelajaran digital melalui media sosial telah mengubah cara belajar dan mengonsumsi informasi. Hal ini membuka ruang untuk pembelajaran yang lebih inklusif, terjangkau, dan interaktif. Dengan memahami perilaku konsumen dan kunci-kunci penyajian konten yang efektif, edukator dan kreator dapat memaksimalkan potensi konten edukatif mereka di era digital.