Seringkali, keinginan untuk menyenangkan orang lain dapat membuat seseorang lupa pada dirinya sendiri. Niat awalnya mungkin sekadar ingin membantu, menjaga hubungan baik, atau menghindari konflik. Namun, jika kebiasaan ini terus dibiarkan, bisa menyebabkan kelelahan secara emosional. Setiap kali ada ajakan atau permintaan tambahan, terkadang sulit untuk menolak meskipun sebenarnya hati tidak siap atau ingin menolak. Rasa bersalah dan takut dianggap tidak peduli seringkali membuat seseorang tetap mengiyakan, walau harus mengorbankan kenyamanan diri sendiri.
Bagi yang merasakan kondisi ini, tenang saja, banyak orang pernah mengalaminya. Kabar baiknya, kebiasaan ini bisa diubah. Dikutip dari ANTARA, berikut beberapa cara yang dapat dicoba untuk perlahan-lahan berhenti menjadi people pleaser, tanpa merasa bersalah atau membuat hubungan renggang. Pertama, penting untuk menetapkan batasan yang sehat dengan dengan menjelaskan hal-hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan kepada orang lain. Kedua, mulailah perubahan dari hal kecil seperti menolak permintaan kecil, menyampaikan pendapat, atau meminta bantuan saat dibutuhkan. Ketiga, luangkan waktu untuk menentukan prioritas dan jangan mengorbankan hal-hal yang menjadi prioritas pribadi. Keempat, latih diri dengan pikiran positif dan ingatkan diri sendiri bahwa beristirahat bukanlah kesalahan.
Selain itu, jangan langsung menjawab ketika diminta bantuan atau ajakan. Berikan waktu untuk berpikir dengan baik agar dapat menilai situasi dengan lebih jernih. Perhatikan pula pola hubungan, apakah ada orang yang hanya datang saat membutuhkan bantuan tapi jarang memberi dukungan balik. Jika iya, mungkin sudah saatnya untuk lebih tegas. Terakhir, tidak perlu memberikan alasan panjang saat menolak, cukup sampaikan secara sopan. Demikianlah beberapa tips yang dapat dicoba agar dapat berhenti menjadi people pleaser.