Kota Jakarta selalu dipenuhi dengan dinamika yang tak pernah berhenti, dan hal ini tercermin dalam video musik terbaru dari band new wave punk asal Jakarta, The Crackers. Dalam video berjudul “Jakarta Sub-Urban”, band ini menggambarkan kehidupan di pinggiran metropolis yang penuh dengan hiruk-pikuk, kemacetan, interaksi sosial, dan juga sisi kelam seperti vandalisme dan pagar berkarat. Disutradarai oleh Fariz Rayhan (Raychuiwan), video ini menunjukkan Jakarta tanpa penyamaran, menonjolkan ketidakpedulian masyarakat sebagai identitas yang ironis namun nyata.
Fariz Rayhan, seorang aktivis sosial dan kreator visual, berkolaborasi dengan The Crackers untuk menggambarkan realitas sosial kota melalui video ini. Dengan pengambilan gambar yang natural di sudut-sudut Jakarta, video ini memberikan refleksi bahwa di tengah kesibukan kota yang tak pernah berhenti, banyak individu kehilangan empati terhadap lingkungan sekitarnya. Adegan kemacetan lalu lintas, graffiti di dinding, dan interaksi sosial yang hambar diangkat dalam video ini sebagai simbol ketimpangan antara gemerlap kota dan masalah yang sering diabaikan.
Kolaborasi antara The Crackers dan Fariz Rayhan dalam proyek ini bukan hanya sekedar proyek musik, melainkan upaya untuk menyentuh kesadaran penonton. Video ini mengajukan pertanyaan kepada penonton, apakah mereka ingin terus menjadi bagian dari kerumunan yang acuh tak acuh atau mulai bergerak untuk membawa perubahan. The Crackers sendiri, sejak merilis EP pertama mereka berjudul ‘Micro-Wave’, telah mengeksplorasi aliran new wave punk dengan sentuhan punk rock dan Rock & Roll.
Dalam “Jakarta Sub-Urban”, Fariz Rayhan berhasil menyatukan lirik lagu yang keras dengan visual yang menggugah. Video ini tidak hanya tentang musik, namun juga tentang bagaimana seni dan aktivisme bisa bersatu. Meskipun menampilkan suasana suram, video ini tetap memancarkan harapan bahwa Jakarta masih memiliki ruang untuk perubahan jika ada kemauan kolektif. Sebagai penutup, “Jakarta Sub-Urban” mengingatkan kita bahwa di balik gemuruh ibu kota, masih ada suara-suara yang perlu didengar. Kolaborasi antara musik dan visual dalam karya ini membuktikan bahwa seni tetap menjadi alat yang powerful untuk menyuarakan kegelisahan dan memberikan perspektif baru tentang kota Jakarta yang tak pernah beristirahat.