Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas, kali ini dengan China mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pengiriman pesawat Boeing ke maskapai mereka. Boeing yang merupakan perusahaan kebanggaan AS mendapat dampak besar dari keputusan ini, terutama karena China merupakan salah satu pembeli utama produk mereka. Kabar tersebut langsung membuat saham Boeing turun sekitar 1 persen pada perdagangan Selasa, 15 April 2025. Presiden AS Donald Trump juga membenarkan kabar tersebut melalui unggahan media sosialnya, menyebut bahwa China membatalkan kesepakatan besar dengan Boeing. Hal ini bukan hanya menjadi pukulan bagi Boeing sebagai eksportir terbesar AS, tetapi juga bagi perekonomian Amerika secara keseluruhan. Dengan kerugian operasi mencapai USD 51 miliar sejak 2018, Boeing terancam oleh pembatalan ini karena China merupakan pasar pesawat terbesar di dunia. Analisis juga menunjukkan bahwa maskapai China diperkirakan akan membeli ribuan pesawat baru dari Boeing dalam 20 tahun ke depan. Namun, sejak 2019, Boeing hampir terhapus dari pasar tersebut disebabkan oleh tarif impor China yang tinggi dan kepercayaan yang turun pasca dua kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat 737 Max. Pengiriman pesawat menjadi krusial bagi Boeing, namun dengan adanya penghentian dari China, diprediksi arus kas dan kinerja keuangan Boeing semakin tertekan. Perang dagang antara AS dan China mulai berdampak pada banyak sektor bisnis, termasuk sektor manufaktur seperti industri penerbangan.