Pada bulan April hingga Mei 2025, Kota Malang menjadi saksi dari kehadiran acara kreatif yang diberi nama “Unaffected Issue” yang diadakan di Kafe Kopi 1922. Acara ini menyajikan kolaborasi antara musik dan seni visual melalui pameran dan rilis fisik, dimana seniman dari berbagai latar belakang berkumpul untuk merespons musik lokal secara visual. Tujuan dari proyek ini adalah untuk menghidupkan semangat independen, nilai lokal, serta kebebasan berekspresi di tengah dominasi tren dan tuntutan industri.
The event marked a union between music and visual arts, encapsulated in a display of exhibitions and physical releases that brought together artists from diverse backgrounds to visually interpret local music. Through this project, the initiators aim to revive the spirit of independence, local values, and freedom of expression that are increasingly marginalized in the face of trends and industry pressures.
Konsep proyek ini muncul sebagai reaksi terhadap penciptaan karya hanya untuk kepentingan algoritma atau pasar, dengan menyatakan bahwa berkarya merupakan pencapaian personal daripada sekadar mengikuti arus. Dalam nama “Unaffected”, terkandung makna bahwa berkarya harus teguh dan tak terpengaruh oleh tekanan industri atau tren populer. Hal ini memberikan makna bahwa “Unaffected Issue” bukan hanya sekedar tempat pamer karya, melainkan juga sebagai suatu bentuk deklarasi sikap.
The concept of the project emerged as a response to the creation of art solely for algorithms or markets, asserting that art is a personal achievement rather than following trends. In the name “Unaffected,” there is a meaning that art should be firm and unaffected by industrial pressures or popular trends. This gives the significance that “Unaffected Issue” is not just an exhibition space, but also a declaration of attitude.