Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kuartal pertama tahun 2025 dilaporkan turun menjadi 4,87 persen year-on-year (yoy) dari 5,12 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan ini disebabkan oleh kombinasi dari tiga faktor utama, yaitu perlambatan daya beli masyarakat, efisiensi anggaran pemerintah, dan perang tarif Trump. Menurut Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, faktor daya beli masyarakat menjadi yang paling berpengaruh, terutama terlihat sejak pertengahan tahun 2024 hingga Lebaran 2025. Hal ini tercermin dari penurunan peredaran uang saat Lebaran dan penurunan jumlah pemudik. Wijayanto juga menyoroti masalah penurunan nilai tabungan masyarakat kelas bawah dan peningkatan nilai outstanding pinjol hingga 30 persen yang mengindikasikan penurunan daya beli menjadi kronis. Selain itu, faktor deindustrialisasi dan jumlah PHK yang tinggi turut memperumit keadaan. Meskipun perang dagang antara Amerika Serikat dan China memberikan dampak, namun tidak signifikan dan bukan satu-satunya penyebab utama dari perlambatan ekonomi. Salah satu sektor yang terimbas paling dalam adalah sektor konstruksi, pertambangan, dan industri manufaktur. Wijayanto memperingatkan agar tidak menjadikan perang dagang sebagai kambing hitam dari perlambatan ekonomi Indonesia.