Volvo Cars, produsen mobil asal Swedia, telah mengumumkan rencananya untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.000 karyawan sebagai bagian dari upaya pemangkasan biaya di tengah tantangan yang dihadapi industri otomotif akibat perang dagang dan ketidakstabilan ekonomi global. Sebanyak 1.200 karyawan di Swedia dan konsultan yang bekerja di sana akan menjadi target utama dari PHK tersebut. Rencananya, pemecatan juga akan terjadi di pasar global dengan fokus pada para pekerja di bagian kantor. Presiden dan CEO Volvo Cars, Håkan Samuelsson, menyebut keputusan ini sebagai langkah penting dalam memperkuat perusahaan di tengah kondisi industri otomotif yang penuh tantangan.
Industri otomotif secara global mengalami kesulitan akibat berbagai kendala, termasuk biaya bahan baku yang meningkat, pasar mobil Eropa yang menyusut, dan penerapan tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump. Volvo Cars sebelumnya berencana untuk semua mobilnya menggunakan tenaga listrik pada akhir dekade ini namun harus menarik kembali target tersebut karena kondisi pasar yang sulit. Selain Volvo, produsen mobil lain seperti Nissan juga telah melakukan PHK massal dengan menutup beberapa pabrik dalam upaya merombak bisnisnya. Di sisi lain, persaingan kendaraan listrik dari Tiongkok semakin menghangat dengan berbagai pemain utama seperti BYD, Leap Motor, dan Changan menurunkan harga mobil listrik mereka. Hal ini terjadi di tengah peningkatan tarif impor dan penurunan daya beli masyarakat di Tiongkok, serta kurangnya infrastruktur pengisian daya yang memadai.