PT Pertamina (Persero) dikatakan telah mengambil langkah cepat dan strategis dalam menjaga stabilitas pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran. Konflik tersebut berpotensi mengganggu distribusi energi global, terutama di kawasan Selat Hormuz. Anggota Komisi VI DPR RI, Ahmad Labib, memuji respons Pertamina yang dinilai profesional dan siap menghadapi potensi gangguan pasokan dan kenaikan harga minyak mentah dunia. Labib menyatakan dukungan penuh dari Komisi VI DPR RI terhadap Pertamina dalam mengelola risiko global ini karena menunjukkan kesiapan perusahaan dalam menjaga ketahanan energi nasional.
Labib juga menegaskan bahwa skenario darurat yang disiapkan oleh Pertamina, termasuk antisipasi jika Selat Hormuz ditutup, merupakan bagian dari strategi jangka panjang yang harus didukung secara politik dan fiskal. Ia memahami bahwa konflik AS-Iran dapat memicu lonjakan harga minyak mentah dunia, namun Pertamina tetap tenang dengan memperkuat stok, mencari peluang pasokan dari wilayah lain, dan menjaga harga di dalam negeri agar tidak memberatkan masyarakat. Parlemen juga siap memberikan dukungan anggaran dan regulasi yang diperlukan untuk memastikan Indonesia dapat bertahan dalam situasi tekanan energi global.
Labib menyerukan pentingnya penguatan produksi migas dalam negeri untuk menjamin ketahanan energi jangka panjang. Dia juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk tidak panik, menggunakan energi secara bijak, dan percaya pada kemampuan nasional dalam menjaga kedaulatan energi di tengah dinamika global yang tidak menentu. Selain itu, koordinasi lintas sektor antara Pertamina, Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, serta TNI dalam pengamanan distribusi energi nasional juga dianggap penting untuk mendukung upaya menjaga stabilitas pasokan energi dalam negeri.