Perekonomian Indonesia diyakini cukup stabil di tengah ketegangan antara Israel dan Iran saat ini. Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, yang menekankan pentingnya data yang akurat untuk Presiden Prabowo. Dalam diskusi publik yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Misbakhun menjelaskan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dapat bertahan stabil meski terjadi gejolak. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga tetap stabil, dan harga minyak dunia masih berada di bawah angka Indonesian Crude Price (ICP) di APBN 2025.
Meskipun demikian, Misbakhun mengingatkan bahwa jika harga minyak dunia naik di atas batas tertentu, seperti USD 100 per barel atau bahkan USD 140 per barel, akan timbul risiko terhadap subsidi BBM. Dia juga menekankan bahwa kenaikan harga minyak dunia tidak selalu menjadi beban bagi Indonesia, karena hal tersebut juga akan diikuti dengan kenaikan harga produk lain seperti batu bara dan mineral. Sementara itu, belanja negara pada APBN 2025 sudah mencapai Rp 1.016,3 triliun, menghasilkan defisit sebesar Rp 21 triliun atau 0,09 persen dari target PDB 2025.
Dalam situasi konflik antara Iran dan Israel, Misbakhun menegaskan pentingnya para pembantu Presiden Prabowo untuk menyajikan data yang akurat. Dengan begitu, pemerintah tidak perlu melakukan perubahan besar dalam tata kelola pembiayaan. Ekonom senior INDEF, Tauhid Ahmad, juga menyarankan agar pemerintah melakukan penyesuaian proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk mencapai target yang sudah ditetapkan. Meskipun lembaga keuangan dunia memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, penyesuaian tersebut diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada pasar bahwa prospek ekonomi Indonesia masih baik.